TAIWAN MINTA CHINA BEBASKAN PEMENANG NOBEL PERDAMAIAN
Taipei, (ANTARA/Reuters) - Presiden Taiwan Ma Ying-jeou, Jumat meminta kepada rival politiknya China membebaskan pemenang Nobel Perdamaian Liu Xiaobo yang menjadi tahanan politik di China.
"Taiwan menyambut pemberian hadiah Nobel kepada Liu Xiaobo dan meminta pemerintah China membebaskannya, kepedulian terhadap hak asasi manusia tidak membedakan kewarganegaraan maupun lintas perbatasan," kata Presiden Ma.
Aktivis demokrasi Liu, yang dipenjarakan selama 11 tahun atas tuduhan telah mengupayakan kudeta pada tahun lalu, akan diwakili oleh kursi kosong dalam penyerahan hadiah tersebut di ibu kota Norwegia, Oslo, setelah pemerintah China melarang rekan atau keluarganya menghadiri acara tersebut.
China dan Taiwan telah terpisah semenjak kekalahan partai nasionalis yang memaksa para pendukungnya mengungsi ke pulau Taiwan pada akhir perang sipil yang berakhir dengan kemenangan kelompok komunis.
Setelah menjalani perseteruan selama beberapa dekade, hubungan keduanya telah membaik secara cepat sejak terpilihnya Ma dalam pemilihan presiden pada 2008, disusul dengan penandatanganan serangkaian kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.
Namun belum ada isyarat untuk dimulainya pembicaraan politik dan Ma secara konsisten meminta kepada China untuk memperbaiki catatan tentang hak asasi manusianya dan berjalan dalam kultur demokrasi, seperti yang dilakukan Taiwan.
Kelompok oposisi Taiwan dari Partai Progresif Demokratik, yang membuat China berang akibat dukungannya untuk memerdekakan Taiwan, mencela penolakan Beijing untuk membolehkan Liu keluar dari tahanan dan menghadiri upacara penyerahan hadiah secara resmi pada Jumat.
Juru bicara Lin You-chang mengatakan reaksi China terhadap hadiah Nobel serta tindakan yang ditempuh mereka adalah sangat disesalkan.
"Penganugerahan tersebut adalah pengakuan luar biasa terhadap Liu Xiaobo dan para reformis demokrasi China, pemenjaraannya dan ketidakmampuan ia untuk menghadiri upacara tersebut hanya akan mengundang perhatian dari komunitas internasional tentang isu hak asasi manusia di negara tersebut," kata Lin.
"Kami sekali lagi meminta China merespon permintaan kuat dari seluruh dunia dan membebaskan Liu serta mengakhiri pembatasan terhadap istrinya," katanya.
China mencela Liu sebagai seorang pria yang disebutnya sebagai kriminal dan pembangkang, sehingga tidak layak untuk memenangkan hadiah Nobel itu.(*)