CHINA BERSEDIA TRANSFER TEKNOLOGI BIOGAS DI NTB

id

     Mataram, 25/2 (ANTARA) - Para peneliti biogas dari China bersedia mentransfer teknologi biogas digester untuk pengembangan di wilayah Nusa Tenggara Barat, dan daerah lainnya di Indonesia.
     Lima orang peneliti biogas digester dari China, sejak Jumat hingga Sabtu (26/2), berada di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) guna meninjau potensi pengembangan biogas itu.
     Kelima peneliti itu yakni Prof. Liao Ming selaku ketua tim, dan empat orang anggota tim masing-masing Ikou Kai Jiang, Liao Jiayuau alias Lester, Tang Guanghua dan Chen Jia.
     Beberapa diantaranya merupakan peneliti sekaligus pengelola perusahaan produsen mesin biogas digester seperti Lester yang memimpin Chongqing Xinshui Machine Manufacture Co, Ltd.
     Mereka menemui Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi, Jumat (25/2) guna menyampaikan rencana mentransfer teknologi biogas digester itu. China merupakan salah satu negara di dunia yang sukses pengembangan teknologi biogas sejak puluhan tahun silam.
     Dalam kunjungannya ke NTB itu, para peneliti biogas China itu didampingi Wakil Ketua Lembaga Produktivitas Nasional Komisi Promosi Produktivitas Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prof DR Payaman J. Simanjuntak, dan pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) serta sejumlah pejabat pusat.
     Payaman mengatakan, tim peneliti biogas dari China itu bersedia mengembangkan biogas digester di wilayah NTB yang menurut mereka sangat potensial untuk pengembangan biogas.
    "NTB merupakan salah satu sentra penghasil ternak di Indonesia dan tentunya banyak memproduksi bahan baku biogas. Akan ada 'pilot project' pengembangan biogas digester di daerah ini," ujarnya usai mendampingi peneliti China menemui Gubernur NTB.
    Ia mengatakan, kunjungan peneliti biogas China ke NTB dan daerah lainnya di Indonesia itu merupakan tindaklanjut dari kunjungan tim peneliti Indonesia ke Chongqing, China, 13-18 Januari lalu.
    Peneliti Indonesia ke Chongqing guna melihat pengembangan biogas digester dan pengembangbiakan ulat sutra pada pohon murbei.
    "Kali ini, tim peneliti China yang datang ke Indonesia, termasuk NTB guna melihat seberapa cocok teknologi biogas digester itu dikembangkan," ujar Payaman.
    Sementara itu, pengurus Kadin Vince Gowan yang juga mendampingi peneliti China itu, mengatakan, Kadin juga terlibat aktif mendorong pengembangan biogas di Indonesia, termasuk di NTB.
     Dorongan itu didasari pada pandangan peneliti biogas China yang menyatakan Indonesia cocok untuk diterapkan teknologi biogas digester.
     "Peneliti China bersedia transfer teknologi biogas digester di wilayah NTB, setelah menerapkan di daerah lainnya seperti Bandung, Jawa Barat dan daerah-daerah lain di Pulau Jawa," ujarnya.
     Salah seorang peneliti biogas dari China Liao Jiayuau alias Lester, mengatakan, teknologi biogas digester yang akan ditranfer itu dinamakan Q80 dan K80.
    Teknologi Q80 Soft Biogas digester atau yang dikenal dengan produk biru itu mampu diimpelementasikan dalam 10 tahun berturut-turut.
    Produk biru itu menggunakan tripleks-senyawa (PVC dengan serat), digester desain baru Inflatable Cuff Big (ICB) yang menekan udara ke kantong dalam untuk "pressurizing" tanpa energi lainnya. 
    Digester Biogas dapat menahan tekanan eksternal 10.000 KVA dan mampu menahan tekanan gravitasi.  Produk ini digunakan dalam material anti-penuaan, asam dan ketahanan alkali, resistensi yang tinggi terhadap peregangan, retardancy api dan fitur yang kuat.  Mudah dilipat dan dibawa-bawa itu rata-rata produksi biogas mencapai 3,04 meter kubik.
    Selain itu dapat digunakan secara bersama-sama 6-7 orang keluarga, yang memiliki usaha minimal empat ekor ternak besar (sapi dan kerbau), dan delapan ekor ternak kecil seperti babi dan kambing. (*)