2.000 AYAM MATI MENDADAK DALAM SEPEKAN

id

     Mataram, 21/10 (ANTARA) - Posko pengaduan kematian unggas secara mendadak yang dibuka Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mencatat jumlah ayam yang mati secara tiba-tiba dalam sepekan mencapai lebih dari 2.000 ekor.
     "Sejak dibuka pada Senin (17/10), tercatat jumlah ayam yang mati secara mendadak lebih dari 2.000 ekor. Laporan terus masuk sampai hari ini, Jumat (21/10)," kata Kepala Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, H Mazhuryiadi, di Mataram, Jumat.
     Ia menyebutkan, ribuan ekor ayam yang mati secara mendadak itu tersebar di 27 kelurahan dari 50 kelurahan di enam kecamatan yang ada di Kota Mataram.
     Seluruh ayam yang mati secara mendadak itu merupakan jenis ayam kampung yang dipelihara secara tradisional oleh masyarakat, sedangkan ayam potong belum ada kasus yang dilaporkan.
     Mazhuriyadi mengatakan, pihaknya belum berani menyimpulkan bahwa kematian ribuan ekor ayam itu akibat terkena virus flu burung atau penyakit lain seperti "new castle disease" (ND).
     Penyakit "Avian Influenza" (AI) atau flu burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang ringan (low pathogenic) sampai pada yang bersifat fatal ( highly pathogenic ).
     Sementara penyakit Newcastle disease (ND) atau 'Tetelo' merupakan suatu penyakit pernafasan dan sistemik, yang bersifat akut dan mudah sekali menular, yang disebabkan oleh virus yang juga menyerang berbagai jenis unggas terutama ayam. Penyakit itu disebabkan oleh virus ND yang tergolong dalam genus Avian Paramyxovirus.
     "Untuk sementara, ada tiga kelurahan yang susfect flu burung, yakni Kelurahan Sapta Marga, Pagesangan dan Ampenan. Artinya ada dugaan kematian ratusan ekor unggas di wilayah itu karena flu burung. Itu hasil 'rapid test' atau uji laboratorium cepat," ujarnya.
     Untuk membuktikan kebenaran dugaan flu burung, kata dia, pihaknya mengirim sampel darah ayam yang mati mendadak di tiga kelurahan tersebut ke laboratorium Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional VI Denpasar.
     "Hasil uji laboratorium seharusnya sudah kami terima pada Kamis (20/10), namun sampai hari ini belum ada. Mungkin terkendala karena BPPV Denpasar menerima banyak sampel darah ayam yang mati mendadak dari kabupaten/kota lainnya di NTB," ujarnya.
     Kepala Bidang Peternakan Drh Dian Riyatmoko, mengatakan, pihaknya sudah melakukan beberapa upaya untuk mencegah makin banyaknya ayam yang mati secara mendadak.
     Upaya yang dilakukan diantaranya melakukan penyemprotan desinfektan terhadap kandang unggas milik warga dan vaksinasi unggas, meskipun masih terbatas.
     "Vaksinasi belum bisa dilakukan karena keterbatasan vaksin. Namun, kami sudah berupaya melakukan pencegahan sesuai prosedur tetap meskipun belum bisa dipastikan apakah positif flu burung atau tidak," ujarnya. (*)