PETERNAK NTB DIMINTA PERTAHANKAN SAPI BETINA PRODUKTIF

id

     Mataram, 15/6 (ANTARA) - Para peternak di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) diminta untuk mempertahankan sapi betina produktif agar populasi ternak semakin bertambah, dan pada akhirnya peternak makin sejahtera.

     "Kami terus mengajak peternak untuk mempertahankan sapi betina produktif atau sapi yang terbukti bunting, sebagai bagian dari upaya nyata meningkatkan populasi," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB H Hery Erpan Rayes, di Mataram, Jumat.

     Ia mengatakan, pemerintah menyediakan dana insentif untuk penyelematan sapi betina produktif, yang dialokasikan sejak 2011, yang bertujuan memotivasi peternak untuk meningkatkan produktivitas ternaknya.   

     Dana insentif penyelamatan sapi betina produktif itu bersumber dari APBN, dan pada 2011 dialokasikan sebesar Rp80 miliar, dan kemudian bertambah menjadi Rp90 miliar di 2012.

     "Peternak yang memiliki sapi betina produktif diminta untuk tidak dijual kepada penjagal, konsekuensinya diberi dana insentif. Maksudnya semakin banyak sapi betina produktif yang terselamatkan dari pemotongan untuk dikonsumsi, akan semakin tinggi populasinya," ujarnya.

     Pemprov NTB mencanangkan program Bumi Sejuta Sapi (BSS) sejak akhir 2008, dengan target populasi satu juta ekor di akhir 2013.

     Program BSS itu juga merupakan bagian dari upaya mencapai swasembada daging pada 2014, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

     NTB sendiri telah mampu memproduksi 35 ribu ekor setiap tahun, yang melebihi kebutuhan daerah, sehingga diandalkan pemerintah pusat sebagai salah satu daerah sentra produksi daging.    

     Kebutuhan daging sapi masyarakat NTB tercatat sebanyak 13.700 ton setiap tahun, sementara produksinya sudah mencapai 16.800 ton, sehingga surplus sekitar 5.000 ton.

     Untuk menghasilkan populasi ternak sesuai target yang diharapkan, dibutuhkan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan para peternak.

     Pemerintah pusat kemudian mengalokasikan sebagian dana APBN untuk mendukung program NTB-BSS itu, yang mencapai Rp80 miliar di 2011, dan Rp90 miliar di 2012.

     Pemprov NTB juga mengalokasikan dana APBD secara rutin setiap tahun anggaran untuk program BSS itu, yang nilainya terus bertambah, yakni mencapai 14,24 miliar di 2011, meningkat dari lebih dari tiga miliar rupiah jika dibandingkan dengan anggaran 2010 sebesar Rp10,79 miliar lebih.

     Dukungan APBD 2012 untuk program BSS sedikit berkurang di 2012 karena adanya dukungan APBN yang nilainya meningkat.

     "Tentu saja peternak yang mendapat dana insentif penyelamatan sapi betina produktif itu, harus konsekuensi dengan kebijakan pemerintah. Jangan sampai masih ada sapi betina produktif yang dijual ke penjagal," ujar Erpan.

     Program BSS merupakan program percepatan yang diawali dari program reguler sebagai pembanding dengan indikasi dan asumsi populasi sapi pada tahun 2008 sebanyak 546.114 ekor, dengan jumlah induk sebanyak 37,36 persen dari populasi.

     Angka kelahiran mencapai 66,7 persen dari jumlah induk sapi, dan angka kematian anak sapi mencapai 20 persen dari jumlah ternak sapi yang lahir.

     Jumlah pedet sebanyak 101.239 ekor, jumlah pemotongan betina produktif dan pemotongan tidak tercatat sebesar 20 persen dari pemotongan tercatat.

     Jumlah pemotongan dalam daerah sebesar 41.575 ekor dan jumlah sapi bibit dan sapi potong yang dikeluarkan dari wilayah NTB tercatat sebanyak 28.500 ekor.

     Dengan penerapan program NTB-BSS, diharapkan terjadi peningkatan jumlah induk sapi sebesar 38-42 persen dari populasi, peningkatan kelahiran pedet sebesar 75-85 persen dari jumlah induk.

     Penurunan angka kematian pedet sebanyak 18-10 persen dari jumlah sapi yang lahir, penurunan pemotongan sapi betina produktif hingga 15-8 persen dari jumlah pemotongan tercatat dan pertumbuhan populasi sapi sebesar 10-15 persen per tahun.

     Salah satu indikator keberhasilan program BSS itu yakni jumlah kelahiran sapi/pedet setiap tahunnya yakni satu induk satu anak setiap tahun.

     Setelah tiga tahun program BSS dilaksanakan, populasi ternak sapi di NTB terus bertambah hingga mencapai 784.019 ekor sampai akhir 2011, atau bertambah sebanyak 237.905 ekor dari angka awal penerapan NTB-BSS yakni 546.114 ekor. (*)