Pemkot Mataram: Tanam umbi-umbian guna mengurangi konsumsi beras

id umbi-umbian,beras,konsumsi beras,pekarangan rumah

Pemkot Mataram: Tanam umbi-umbian guna mengurangi konsumsi beras

Tanaman umbi Nuabosi di Kabupaten Ende, Pulau Flores, NTT, yang rusak akibat terserang hama. (ANTARA/HO-Dinas Pertanian Ende)

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam umbi-umbian untuk mengurangi konsumsi beras.

"Saat ini selain kami menggencarkan pemanfaatan pekarangan untuk berbagai komoditas pertanian, kita juga mengajak masyarakat tanam umbi-umbian untuk kurangi konsumsi beras," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kota Mataram H Lalu Johari di Mataram, Senin.

Pernyataan itu disampaikan seusai kegiatan pencanangan Kampung Tanggap Inflasi oleh Kelompok Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Ares di Kelurahan Karang Baru, Kota Mataram.

Johari mengatakan, jenis umbi-umbian yang bisa ditanam di pekarangan antara lain, singkong, ubi, dan talas. Sedangkan untuk minuman atau jus masyarakat bisa menanam buah naga atau buah lainnya.

"Kegiatan itu menjadi bagian dari program pangan B2SA (beragam, bergizi, seimbang, dan aman)," katanya.

Sebagai tahap awal, katanya, sosialisasi pemanfaatan pekarangan dengan tanaman umbi-umbian dilakukan pada kelompok Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang jumlahnya sebanyak delapan kelompok.

Delapan kelompok P2L tersebut merupakan kelompok yang sudah mandiri dan berkelanjutan, karena selain mampu menanam berbagai komoditas pertanian seperti cabai, tomat, serta beragam sayur-sayuran yang menjadi kebutuhan sehari-hari, mereka juga sudah bisa mengolah hasil menjadi berbagai makanan sehingga memiliki nilai jual tinggi.

"Salah satunya, di Kelompok P2L Ares Karang Baru ini, mereka sudah mampu membuat olahan makanan seperti keripik bayam, sate jamur, dan lainnya dengan cita rasa tersendiri serta kemasan menarik," katanya.

Terkait dengan itu, pihaknya berharap program pemanfaatan pekarangan P2L bisa terintegrasi dengan penanaman umbi-umbian sehingga masyarakat tidak tergantung untuk konsumsi beras.

Untuk mendukung program itu, DKP sebelumnya sudah melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan menu B2SA dan lomba pengolahan pangan B2SA berbahan pangan lokal.

"Menu B2SA juga bisa memutus rantai stunting dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menerapkan pola makan yang beragam, bergizi seimbang dan aman," katanya.