Dari lima korban terungkap perekrut tersebut telah meraup keuntungan Rp228 juta dengan setiap korban menyetorkan uang sekitar Rp60 juta.
Uang itu diberikan karena iming-iming gaji Rp50 juta untuk pekerjaan bidang perkebunan di Australia.
"Uang itu katanya untuk biaya kebutuhan keberangkatan, seperti pembuatan visa, paspor, cek kesehatan," katanya.