GGSI meminta siswa bijak dalam menggunakan gadget

id Gadget, gawai, sekolah

GGSI meminta siswa bijak dalam menggunakan gadget

Prof.Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) sebagai inisiator dari GGSI sedang menjelaskan dampak buruk penggunaan gadget yang tidak sehat ke siswa di Surabaya, Jawa Timur. ANTARA/HO-GGSI

Jakarta (ANTARA) -
Gerakan Gadget Sehat Indonesia (GGSI) meminta murid-murid sekolah dapat bijak dalam menggunakan gadget sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya pada kampanye penggunaan gadget sehat di SMP Al Mujahidin Surabaya, Jawa Timur. tepatnya.
 
"Jadikan gadget sebagai senjata tebar kebaikan. Sampaikanlah informasi yang penting dan positif sehingga keinginan kita melahirkan generasi berkualitas yakni generasi sehat, pintar dan bermoralitas yang baik bisa diraih dan kunci generasi emas menuju 2045 bisa terwujud," kata sang inisiator GGSI, Prof.Dr.dr. Ridha Dharmajaya Sp BS (K) dalam keterangan resminya di Surabaya, Jumat.
 
Untuk mendapatkan generasi emas pada 2045 mendatang, peran gadget dikatakan oleh dia sangat berpengaruh pada pola pikir dan juga kesehatan mental generasi mendatang jika tidak bijak dalam menggunakannya.
 
Tidak hanya itu saja, tidak hanya benturan berbagai konten yang sangat luas dan tidak disaring dengan cermat. Penggunaan gadget yang salah juga dapat ditemui akibat posisi dan juga durasi yang tidak sesuai.
 
"Gejalanya ini sering kesemutan pada tangan dan kaki, kepala pusing, pundak berat, leher sakit, dan bangun tidur tidak segar. Gejala ini dahulunya sering dialami orang tua usia 60 tahun ke atas. Tapi sekarang kondisi ini sudah mulai dirasakan generasi muda dari tingkat SMA, SMP bahkan anak SD," ucap dia..
 
Sebagai dokter ahli bedah saraf, Prof Ridha mengaku banyak menemukan fenomena itu sejak pandemi. Berangkat dari kekhawatiran itulah menjadi alasan GGSI hadir di Indonesia dan diawali dari Medan sebagai kota tempat tinggalnya.
 
"Kita merasa khawatir generasi muda kita ke depan akan terancam akibat penggunaan gadget yang tidak tepat tadi. Apalagi jika gejala awal yang tadi disebutkan dibiarkan saja tanpa dicegah bahkan terus berlangsung untuk waktu yang lama maka akan berdampak terhadap kematian saraf," ujarnya.
 
Menurut dia, kejadian tersebut jika dibiarkan terus menerus tanpa ada tindakan akan dapat menyebabkan hal yang semakin parah seperti terjadinya kelumpuhan pada si penderita. Sehingga, bonus demografi yang harusnya menguntungkan Indonesia untuk lebih maju dan lebih baik tidak akan mungkin dapat tercapai jika penerapan atau penggunaan gadget tidak dimanfaatkan dengan baik. "Tentu saja cita-cita bangsa ini melahirkan generasi emas menuju 2045 akan sia-sia," tegas dia.

Baca juga: Ingat! beli ponsel di atas Rp7 juta dari luar negeri wajib didaftarkan IMEI
Baca juga: Kecanduan gawai delapan anak dirawat di RS Jiwa Semarang
 
Untuk itu Prof Ridha mengajak para murid SMP Al Mujahidin untuk bisa menggunakan gadgetnya sesuai fungsi dan kebutuhannya. Dirinya juga berpesan, agar gadget tidak menjadi alat yang bisa memperalat lewat konten negatif yang tidak berguna.