Sinergi dan inovasi menjadi kunci menjaga ketahanan ekonomi Sulteng

id Bank Indonesia Sulawesi Tengah ,Pertemuan tahunan Bank Indonesia ,Sulawesi Tengah ,Kota Palu,Pertumbuhan ekonomi

Sinergi dan inovasi menjadi kunci menjaga ketahanan ekonomi Sulteng

Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah (KPwBI) Miko Bayu Aji menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023 Provinsi Sulteng, Palu, Rabu (29/11/2023). (ANTARA/Nur Amalia Amir)

Palu (ANTARA) - Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah (KPwBI) Miko Bayuaji mengatakan sinergi dan inovasi menjadi kunci dalam mendukung serta menjaga ketahanan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah ke depannya.
 
"Saat ini, kita memerlukan sinergi dari seluruh pihak untuk bisa mengawal provinsi Sulawesi Tengah tetap tumbuh dan dapat menopang perekonomian nasional," kata Miko Bayuaji pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023 Provinsi Sulawesi Tengah di Kota Palu, Rabu malam.
 
Ia menyampaikan perekonomian di Sulawesi Tengah mengalami pertumbuhan positif pada proses pemulihan ekonomi, serta terus bertumbuh sejak tahun 2022 setelah mengalami bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi pada tahun 2018, kemudian pandemi COVID-19.
 
Meski demikian, kata dia, Provinsi Sulawesi Tengah masih memiliki beragam tantangan dalam upaya menumbuhkan perekonomian di wilayah itu, baik dari ancaman global maupun domestik.
 
Untuk itu, kata dia, Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023 mengusung tema "Sinergi Memperkuat Ketahanan dan Kebangkitan Ekonomi Nasional" sebab sinergi yang kuat bersama seluruh pihak menjadi kunci dalam mengawal Provinsi Sulawesi Tengah tetap tumbuh, serta dapat menopang perekonomian nasional.
 
Ia memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan III tahun 2023 mencapai dua digit, yakni sebesar 13,06 persen year on year (yoy) yang masih sangat dipengaruhi oleh sektor industri pengolahan nikel dan ekspor luar negeri.
 
Sementara itu, inflasi di provinsi ini juga masih terjaga dalam level yang rendah dan stabil, hingga Oktober 2023 mencapai sebesar 2,65 persen yoy. "Namun, tentunya kewaspadaan perlu kita tingkatkan karena masih banyak risiko baik dari sisi global, maupun dinamika perkembangan ekonomi domestik," kata dia.
 
Lanjut dia, berdasarkan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UUP2SK), Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai stabilitas nilai rupiah, sistem pembayaran dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Baca juga: Ekonomi Kepri tetap tumbuh di tengah ketidakpastian global
Baca juga: Gubernur BI optimistis ekonomi Indonesia tumbuh hingga 6,1 persen ke depan


Oleh karena itu, dia mengajak seluruh pemangku kepentingan terkait dan mitra Bank Indonesia untuk saling bekerja sama dalam mengarahkan bauran kebijakan untuk membuat memperkuat ketahanan dan pemulihan ekonomi, sehingga kebijakan moneter Bank Indonesia ke depan akan selalu stabil.
 
"Kami tidak bisa bekerja seorang diri, sehingga sinergi dan bekerja sama untuk memperkuat ketahanan ekonomi," katanya.