Nilai Tukar Petani NTB Meningkat 0,17 Persen

id NTP NTB

Nilai Tukar Petani NTB Meningkat 0,17 Persen

"Hanya nilai tukar komoditas hortikultura yang mengalami penurunan akibat relatif rendahnya harga komoditas sayuran"
Mataram (Antara NTB) - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat mencatat nilai tukar petani pada Mei 2017 sebesar 112,1 persen, meningkat 0,17 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Kepala Bidang Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) Ni Kadek Adi Madri, di Mataram, Jumat, mengatakan meningkatnya nilai tukar petani (NTP) disebabkan naiknya harga-harga yang diproduksi petani terutama produksi tanaman tanaman pangan, perkebunan rakyat, perikanan dan peternakan.

"Hanya nilai tukar komoditas hortikultura yang mengalami penurunan akibat relatif rendahnya harga komoditas sayuran," katanya.

Ia menyebutkan, subsektor tanaman pangan mengalami peningkatan nilai tukar pada Mei 2017 sebesar 0,71 persen. Peningkatan terjadi karena kenaikan harga kacang tanah, kacang hijau, ketela pohon, jagung, gabah, ubi jalar dan kacang kedelai.

Untuk subsektor perkebunan rakyat meningkat 0,43 persen yang disebabkan naiknya harga, cengkeh, kelapa, kemiri, kopi, kakao dan biji jarak.

Kadek menambahkan, subsektor perikanan meningkat 0,94 persen yang disebabkan karena kenaikan harga beberapa jenis ikan laut seperti ikan tengiri, kerapu dan cumi-cumi serta rumput laut. Selain itu, kenaikan harga ikan air tawar, seperti lele dan ikan mas.

Untuk subsektor peternakan mengalami peningkatan nilai tukar sebesar 0,28 persen karena naiknya harga kerbau, sapi potong, babi, telur ayam ras dan telur itik.

"Sementara subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar minus 1,14 karena harga beberapa jenis sayuran di tingkat petani relatif rendah," ujarnya.

Kadek menjelaskan NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.

"NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi," katanya. (*)