BPS NTB Bantah Diintervensi Terkait Lonjakan NTP

id NTP NTB

BPS NTB Bantah Diintervensi Terkait Lonjakan NTP

Sejumlah ibu petani menanam bibit padi. (FOTO ANTARA/Basri Marzuki/Koz/pd/10.) (1)

"Tidak ada intervensi pemerintah daerah terkait perubahan data nilai tukar petani (NTP),"
Mataram, (Antara NTB) - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat Wahyudin membantah pihaknya diintervensi oleh pemerintah daerah terkait nilai tukar petani yang mengalami lonjakan cukup signifikan.

"Tidak ada intervensi pemerintah daerah terkait perubahan data nilai tukar petani (NTP)," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin.

BPS NTB merilis nilai tukar petani di NTB pada Januari 2015 mencapai 106,67 persen, meningkat 1,46 persen dibandingkan kondisi pada bulan sebelumnya sebesar 99,92 persen.

Posisi nilai tukar petani di NTB pada Januari berada di peringkat ke sepuluh dari 33 provinsi di Indonesia yang dilaporkan, kecuali Provinsi DKI Jakarta. Bahkan, nilai tukar petani NTB berada di atas nasional sebesar 101,86 persen.

Berbeda dengan posisi dua tahun lalu, nilai tukar petani NTB berada di level kedua terendah secara nasional dan hanya berada di atas Jambi, yang hingga Januari 2015 masih berada di posisi terendah dari 33 provinsi di Indonesia, yang dilaporkan.

Wahyudin tidak merinci secara detail penyebab lonjakan nilai tukar petani di NTB.

Namun, menurut dia, hal itu disebabkan adanya intervensi dari pemerintah berupa adanya penyaluran pupuk dan benih bersubsidi kepada petani yang berkontribusi terhadap berkurangnya pengeluaran biaya produksi. Di sisi lain, penerimaan petani mengalami peningkatan.

"Jambi dengan NTB berbeda meskipun pemerintahnya sama-sama mengintervensi lewat programnya. NTB ini salah satu daerah yang diprioritaskan sebagai lumbung pangan nasional," ujarnya.

Wahyudin memaparkan peningkatan nilai tukar petani di NTB pada Januari 2015 disumbang oleh kenaikan indeks pada subsektor tanaman pangan padi dan palawija sebesar 2,07 persen dan subsektor hortikultura sebesar 1,28 persen.

Selain itu, peningkatan nilai tukar pada subsektor peternakan sebesar 1,61 persen dan subsektor perikanan sebesar 1,51 persen.

Sementara subsektor perkebunan rakyat mengalami penurunan nilai tukar sebesar 0,37 persen akibat turunnya harga biji jambu mete, biji jarak, biji kakao dan kelapa.

"Peningkatan nilai tukar petani pada Januari 2015 ini bisa saja menurun pada Februari 2015 nanti," katanya. (*)