Jakarta (ANTARA) - Mayjen TNI (Purn.) Hendardji Soepandji meluncurkan empat jilid buku biografinya yang menceritakan karier militer, peristiwa sejarah Reformasi 1998, dan keterlibatannya dalam dunia olahraga, kesenian, dan kebudayaan di Balai Pustaka, Jakarta, Selasa.
Dalam acara peluncuran, Hendardji mengaku sengaja memilih Balai Pustaka untuk menerbitkan empat jilid buku biografinya karena dia ingin mengangkat kembali Balai Pustaka sebagai perusahaan penerbitan milik negara yang selalu terlibat dalam perjuangan bangsa.
“Peluncuran buku di Balai Pustaka ini dimaksudkan untuk kembali mengangkat nilai-nilai Balai Pustaka sebagai sarana perjuangan bangsa,” kata Hendardji dalam sambutannya saat acara peluncuran.
Buku berjudul “Perjalanan Prajurit Polisi Militer yang Tak Pernah Berhenti Mengabdi untuk Bangsanya” terdiri atas empat jilid yang jumlah keseluruhannya sebanyak 776 halaman. Buku itu ditulis dalam rentang waktu 2 tahun, yaitu sejak Hendardji berusia 70 tahun sampai pada usianya 72 tahun.
Dalam acara peluncuran itu, sejumlah tokoh penting hadir, di antaranya Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Jenderal TNI (Purn.) Wiranto, Wakil Menteri Pertahanan RI Letjen TNI (Purn.) M. Herindra, mantan menteri Jenderal TNI (Purn.) Agum Gumelar, Anggota Wantimpres Djan Faridz, eks kepala BIN Letjen TNI (Purn.) Marciano Norman, mantan menteri BUMN Mustafa Abubakar, dan Komandan Pusat Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Danpuspomas) Mayjen TNI Eka Wijaya Permana.
Di hadapan para tokoh dan pejabat itu, Hendardji menekankan Balai Pustaka merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa sehingga dia berkeyakinan seluruh pihak harus bersama-sama menjaga perusahaan penerbitan milik negara itu tetap hidup dan maju ke depannya.
Dalam acara yang sama, Direktur Utama Balai Pustaka Achmad Fachrodji berterima kasih atas pilihan Hendardji yang memilih Balai Pustaka untuk menerbitkan empat jilid biografinya itu. Dia pun berharap tokoh-tokoh bangsa lainnya juga tergerak untuk menerbitkan buku-buku yang berisi perjalanan hidup dan pikiran mereka di Balai Pustaka. Dia menyebut mereka yang menerbitkan buku di Balai Pustaka pun menjadi bagian dari sejarah perjuangan bangsa terutama dalam dunia literasi dan kesusastraan.
“Banyak yang tidak tahu yang membuat narasi Sumpah Pemuda adalah Moh. Yamin. Demikian juga, BPUPKI, PPKI di dalamnya pengurus-pengurus Balai Pustaka, termasuk di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar mencerdaskan kehidupan bangsa. Itulah peran Balai Pustaka,” kata Achmad Fachrodji.
Oleh karena itu, dia meyakini mereka yang saat ini punya kewenangan dan kuasa, tetapi tak ingin menghidupkan Balai Pustaka, berarti mereka tak menghargai kemerdekaan Indonesia.
Di panggung acara yang sama, Ketua Wantimpres Wiranto mengucapkan selamat atas terbitnya empat jilid buku biografi Hendardji. Wiranto menilai empat jilid buku itu bukan sebatas nostalgia atas perjalanan hidup Hendardji, melainkan juga sebuah dokumen sejarah yang patut menjadi pembelajaran bagi generasi penerus ke depan.
Baca juga: Dibalik lamanya produksi Film "Lafran"
Baca juga: Sosok Ferry Mursyidan dibuatkan buku biografi-obituari
“Ada pepatah bahwa masa lalu tidak hanya sebuah history (sejarah, red.), tetapi masa lalu adalah pembelajaran untuk masa kini, masa kini waktu kita berjuang, dan masa depan waktu kita menggantungkan harapan. Oleh karena itu, saya yakin buku yang ditulis akan betul-betul bermanfaat untuk generasi penerus terutama generasi TNI tentang bagaimana keteguhan TNI dalam menjaga tegaknya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,” kata Wiranto.
Hendardji Soepandji, lahir di Semarang pada 10 Februari 1952, merupakan purnawirawan jenderal bintang dua yang semasa aktif di militer pernah menjabat sebagai komandan pusat polisi militer (danpuspom) TNI dan asisten pengamanan kepala staf TNI Angkatan Darat (aspam KSAD). Dia merupakan lulusan AKABRI tahun 1974, yang artinya seangkatan (se-lechting) dengan Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prabowo Subianto, Letjen TNI (Purn.) Sjafrie Sjamsoeddin, Jenderal TNI (Purn.) Ryamizard Ryacudu, dan Jenderal TNI (Purn.) Agustadi Sasongko Purnomo.