Mataram, 16/1 (Antara) - Sejumlah pengusaha tahu tempe di Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengeluhkan tingginya harga kedelai pada 2019 yang menyebabkan berkurangnya pendapatan mereka.
Khaerul, pengusaha tahu tempe di Desa Abian Tubuh, Rabu, menyebutkan sejak dolar Amerika naik beberapa bulan yang lalu mempengaruhi harga kedelai yang menjadi bahan baku tahu dan tempe.
Akibatnya telah mengurangi pendapatan karena ia dan pengusaha lainnya di daerah tersebut memasok kedelai impor.
Mereka lebih memilih kedelai impor karena kualitasnya lebih bagus dibandingkan kedelai lokal, ditambah kedelai lokal sedang tidak panen saat ini.
“Sejak 2018 lalu harga dolar naik membuat harga kedelai yang awalnya Rp7 ribu per kilogram menjadi Rp8 ribu per kilogram. Masalahnya rata-rata pengusaha di sini menggunakan kedelai impor,” katanya.
Walapun harga kedelai naik, ia mengatakan bahwa harga tahu yang diproduksi tetap stabil karena persaingan antar pedagang.
“Saya tidak berani menaikkan harga karena pedagang lain tidak ada yang menaikkan harga juga, takutnya pelanggan saya pindah kalau harganya naik," katanya.
Karena itu, dirinya bersama rekan-rekannya yang lain berharap bahwa dolar segera turun agar harga kedelai kembali stabil.
Berita Terkait
Pimpinan Ombudsman RI kunjungi sentra tahu-tempe dan serap aspirasi soal pelayanan pajak di Mataram
Jumat, 25 Agustus 2023 7:16
Kebutuhan kedelai di Batam capai 1.000 ton
Kamis, 23 Februari 2023 18:21
Harga kedelai naik, pengusaha tahu di Desa Puyung tetap produksi
Senin, 19 September 2022 16:16
Kenaikan harga kedelai di NTB bukan karena stok kosong
Rabu, 23 Februari 2022 18:29
17 pengusaha tempe tahu di Mataram "gulung tikar"
Selasa, 8 September 2015 16:43
5.000 PENGUSAHA TAHU-TEMPE TANGERANG BESOK TAK BERPRODUKSI
Selasa, 24 Juli 2012 21:43
Harga kedelai Rp9 ribu per kilogram di Lombok Tengah bagus untuk petani
Senin, 2 Oktober 2023 16:56
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53