Khawatir rabies, ratusan anjing liar di Kota Mataram dimusnahkan

id anjing liar,dimusnahkan

Khawatir rabies, ratusan anjing liar di Kota Mataram dimusnahkan

Warga di Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, NTB membawa anjing peliharaan mereka untuk Vaksinasi Anti Rabies. (Kementerian Pertanian) (/)

Mataram (ANTARA) - Mataram (Antaranews NTB) - Dinas Pertanian Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, hingga saat ini telah berhasil melakukan pemusnahan terhadap anjing liar sebanyak 184 ekor sebagai upaya mengantisipasi mewabahnya virus rabies di kota itu.

"Sebanyak 184 ekor anjing liar yang kami musnahkan itu merupakan angka kumulatif dari kegiatan eliminasi anjing liar yang dilakukan sejak Januari 2019," kata Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Senin.

Khusus kegiatan eliminasi, tambahnya, terakhir dilaksanakan bersama Diskeswan NTB dipusatkan di kawasan Lingkar Selatan Mataram pada Jumat (1/3) malam, tim berhasil melakukan pemusnahaan sebanyak 64 ekor.

Menurutnya, sebanyak 184 ekor anjing liar yang telah dimusnahkan itu masih jauh dari target, karena populasi anjing liar di Mataram saat ini terdata sekitar 5.000 ekor lebih.

Tingginya polulasi anjing liar di Mataram dan adanya kasus rabies di Kabupaten Dompu, semakin meresahkan dan mengganggu ketentaram warga di Mataram.

Karenanya, untuk meningkatkan kewaspadaan penyebaran virus rabies, Distan Kota Mataram menargetkan setidaknya setengah dari populasi anjing liar tersebut harus dikendalikan dengan eliminasi.

"Karenanya, jumlah ajing liar yang sudah kita eliminasi itu masih sangat kecil dibandingkan dengan populasi anjing liar yang ada," katanya.

Dikatakan, untuk mendukung kegiatan eliminasi terhadap anjing liar, pihaknya terkendala anggaran sebab alokasi anggaran yang ada dinilai masih kecil jika dibandingkan tingginya intensitas kegiatan eliminasi saat ini.

Kalau tahun-tahun sebelumnya, kegiatan eliminasi dilakukan sekali sebulan, namun setelah adanya wabah rabies, kegiatan eliminasi bisa mencapai dua hingga tiga kali sebulan.

"Harga racunnya saja mencapai Rp80 juta per kilogram, belum termasuk biaya-biaya operasional lainnya," katanya.

Mutawalli menyebutkan, biaya operasional lainnya yang dimaksudkan antara lain biaya makan minum tim yang melakukan eliminasi sebab mereka begadang semalam suntuk, selain itu biaya gali dan tanam bangkai-bangkai anjing yang telah dieliminasi.

"Biaya-biya di luar kebutuhan racun, perlu diketahui masyarakat agar ketika ada permintaan eliminasi, masyarakat bisa memahami kondisi tim kami," ujarnya.

Terkait dengan itu, saat ini pihaknya sedang menghitung kebutuhan anggaran untuk diajukan melalui APBD perubahan 2019. Harapannya, anggaran yang diajukan bisa terakomodasi secara utuh agar pemusnahan anjing liar dapat dimaksimalkan.

"Untuk mendukung kegiatan eliminasi saat ini, beberapa kegiataan kami alihkan," ujarnya.