Kupang (ANTARA) - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Nusa Tengara Timur (NTT), Ny Lucia Adinda Lebu Raya, mengatakan pendidikan seks sebaiknya tidak ditabukan bagi anak karena berakibat buruk pada masa depannya.
"Sudah saatnya pendidikan seks tidak ditabukan bagi anak dan agar sejak dini pula diberikan oleh keluarga dengan cara yang tepat, sehingga tidak menjadi hal baru bagi anak ketika menginjak usia remaja," katanya di Kupang (26/8).
Ny. Lucia mengungkapkan hal ini dalam rapat bersama pengurus daerah dan Direktur Pelaksana Harian, Markus Alibrandi serta relawan PKBI NTT di Kupang, membahas organisasi dan program PKBI NTT tahun 2009 dan rencana pengembangan organisasi sosial ini ke depan.
Menurut Ny Lucia, dalam "talk show" ke sejumlah kabupaten di pulau Flores dan Timor di NTT, ditemukan fakta bahwa pembicaraan seputar seks bagi anak, masih menjadi hal yang tabu bagi sebagian keluarga di wilayah kepulauan itu.
Akibatnya, ketika mulai menginjak usia remaja, sikap ingin tahu dengan mencoba atau bahkan ingin melakukannya sangat tinggi yang berbuntut pada suramnya masa depan anak itu sendiri.
Ia melihat faktor budaya masih menjadi kendala bagi sebagian besar keluarga untuk sejak dini memberikan pendidikan seks bagi anak.
Karena itu, dalam berbagai kesempatan PKBI NTT selalu mengkampanyekan dan menyosialisasikan kesehatan reproduksi dan seks kepada anak-anak yang pada usia-usia pendidikan sekolah lanjutan pertama (SLTP).
"Terlambat memang hal ini dilakukan. Namun untuk masa depan anak sebagai penerus perjuangan bangsa dan negara, tidak perlu ada kata terlambat. Dan lebih baik melakukan, daripada tidak sama sekali," katanya.
Isteri Gubernur NTT, Frans Lebu Raya ini, lebih lanjut mengatakan, hasil survei PKBI NTT terhadap sejumlah remaja sekolah di perdesaan dan perkotaan, tahun 2006-2008, ditemukan persentase hubungan seks "pre-marital" cukup tinggi yakni berkisar antara 29,5 - 31,3 persen.
"Salah satu indikasi remaja telah memulai aktivitas seksual dini adalah adanya kasus HIV/AIDS, pada usia remaja dan berstatus pelajar/mahasiswa di NTT, dimana angkanya mencapai sekitar lima persen dari total 581 kasus orang dan HIV/AIDS (ODHA)," katanya.
Dikatakan, berbagai penelitian juga telah membuktikan bahwa banyak remaja telah melakukan hubungan seks di usia yang sangat belia. Bahkan diantara mereka ada yang sudah membeli seks komersial di lokasi pekerja seks.
Ini menunjukkan remaja saat ini sudah sangat permisif terhadap seks, karena sejak masa kanak-kanak hal ini ditabukan.(*)