Mataram, 19/1 (ANTARA) - Lebih dari 100 orang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram (UMM) nyaris bentrok dengan satuan pengamanan (satpam) kampus ketika menggelar aksi massa menolak kenaikan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) di perguruan tinggi swasta itu, Senin.
Aksi mahasiswa UMM dalam kampusnya yang dimulai sejak pukul 09.00 Wita itu dikoordinir Presiden Mahasiswa (Presma) UMM, M Sa'adin dan Sekjen Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Abror, serta fungsionaris BEM UMM lainnya.
Para mahasiswa Muhammadiyah itu menolak pemberlakuan Surat Keputusan (SK) Rektor UMM Nomor: 43/2008 tanggal 21 Juni 2008, setelah rapat senat tanggal 30 Desember 2008, yang diberlakukan kepada semua mahasiswa tanpa membedakan angkatan tahun akademik.
Berdasarkan SK itu SPP bagi kelompok eksakta dinaikkan menjadi Rp30 ribu/SKS dari sebelumnya Rp25 ribu/SKS, kelompok sosial menjadi Rp25 ribu/SKS dari sebelumnya Rp20 ribu/SKS dan biaya herregistrasi menjadi Rp50 ribu/semester dari sebelumnya Rp25 ribu/semester.
Sementara beban tetap dinaikkan menjadi Rp125 ribu/semester dari sebelumnya Rp100 ribu/semeter bagi mahasiswa tahun akademik sebelum 2008/2009 dan sebesar Rp150 ribu/semester untuk tahun akademik 2008/2009.
Penolakan mahasiswa itu disertai tuntutan mundur terhadap Rektor UMM, H Aguspian Wahab SH.
Saat ratusan mahasiswa beraksi di depan gedung Rektorat UMM itu, seorang satpam berupaya merebut paksa tiga unit ban sepeda motor yang hendak dibakar di depan gedung itu, hingga terjadi aksi saling berebutan ban.
Anggota satpam lainnya yang menggunakan papan nama M Burhanuddin, berupaya membantu rekannya yang dicekik beberapa mahasiswa dalam kerumunan aksi massa itu, namun aksinya itu mendapat perlawanan kelompok mahasiswa.
Seorang mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM, Wahyudin, yang menjabat Menteri Aksi dan Advokasi BEM UMM, berupaya melerai dan menyita tiga unit ban sepeda motor yang diperebutkan itu.
Setelah kedua satpam kampus UMM itu meninggalkan lokasi aksi massa, para mahasiswa yang mulai dibakar emosi berupaya mendobrak pintu masuk Rektorat UMM yang terbuat dari kaca, hingga nyaris roboh.
"Bakar...bakar...," teriak mahasiswa secara bersamaan dan berkelanjutan hingga menimbulkan ketegangan.
Kapolsek Mataram, AKP Arief Yuswanto, berupaya menenangkan massa, namun para mahasiswa terus berteriak dan menuntut kehadiran Rektor UMM, guna memberi jawaban atas tuntutan mereka.
Sekitar 20 menit kemudian Rektor UMM turun ke kerumunan mahasiswa dan menyatakan mengabulkan permintaan mahasiswa yang berunjuk rasa itu.
"Saya terima tuntutan mahasiswa yakni biaya SPP untuk mahasiswa lama (sebelum angkatan 2008/2009) dikembalikan kepada posisi semula atau tidak ada kenaikan," ujar Wahab yang disambut gembira peserta aksi massa yang berangsur-angsur membubarkan diri.
Rektor UMM itu juga bersedia menandatangani surat pernyataan sikap yang disodorkan mahasiswa yang isinya segera merevisi SK kenaikan SPP dan biaya lainnya itu, meskipun pemberlakuan kenaikan SPP itu atas persetujuan senat universitas.
Dia mengakui, kenaikan SPP dan biaya lainnya itu dimaksudkan untuk menunjang program pengembangan kelembagaan universitas itu, karena perguruan tinggi tersebut berjalan dengan bantuan mahasiswa multi kampus dan bantuan yang bersumber dari pemerintah daerah.
"Pertimbangan kenaikan biaya SPP dan komponen lainnya itu tentu untuk memajukan lembaga pergurun tinggi swasta ini, namun kenaikan itu terpaksa dibatalkan karena tuntutan mayoritas mahasiswa," ujarnya.
Wahab menambahkan, kenaikan SPP dan komponen lainnya itu tidak berlaku bagi mahasiswa tahun akademik sebelum 2008/2009, namun berlaku bagi mahasiswa tahun akademik 2008/2009 sebagai konsekuensi dari memilih UMM sebagai tempat perkuliahaan. (*)