AU AKAN BELI 16 PESAWAT SUPER TUCANO

id

          Mataram, 12/1 (ANTARA) - TNI AU akan membeli 16 pesawat Super Tucano buatan Embraer Brasil untuk menggantikan pesawat tempur taktis OV-10 Bronco North American Rockwell.

         "Sudah diputuskan di Mabes TNI AU untuk mengganti pesawat yang tadinya menggunakan Bronco OV-10 dengan Super Tucano sebanyak 16 unit atau untuk kebutuhan satu skuadron tempur," kata Panglima Komando Operasional Angkatan Udara (Pangkoopsau) II Marsekal Muda TNI Yushan Sayuti, di Mataram, Selasa.

         Ia mengemukakan hal itu usai memimpin acara acara serah terima jabatan Danlanud Rembiga dari Letkol Pnb I Made Susila Adnyana kepada Letkol Pnb Antariksa Anondo.

         Sayuti mengatakan pergantian pesawat itu sudah direncanakan sejak 2007 namun baru akan terealisasi di tahun ini setelah pemerintah memberikan dukungan anggaran.

         "Upaya pergantian OV-10 Bronco itu sedang dalam proses di Departemen Pertahanan, mudah-mudahan segera terealisasi sesuai jumlah yang ditetapkan," ujarnya.

         Pesawat OV-10F (varian OV-10 khusus untuk TNI-AU) itu tergabung dalam Skadron 1/Bronco Flight yang bermarkas di Lanud Abdul Rachman Saleh, Malang, Jawa Timur.

         OV-10 Bronco adalah pesawat militer ringan berbaling-baling bermesin ganda buatan North American Rockwell sebagai pesawat serang ringan dan pesawat angkut ringan.

         Pesawat ini dikembangkan pada 1960-an sebagai pesawat khusus untuk pertempuran COIN (Counter-Insurgency) atau antigerilya yang mampu terbang pada kecepatan sekitar 560 km/jam, memuat bahan peledak eksternal seberat 3 ton, dan mampu terbang tanpa henti selama 3 jam atau lebih.

         Sementara pesawat Super Tucano buatan Embraer Brasil dioperasikan oleh beberapa negara di Amerika Latin, antara lain Brasil, Kolombia, Guatemala dan Republik Dominika.

         Pesawat Super Tucano juga digunakan oleh perusahaan tentara bayaran di Amerika Serikat, Blackwater.

         Sebagaimana halnya OV-10 Bronco, Super Tucano juga didesain untuk serangan udara ringan, antigerilya, pesawat latih dan patroli perbatasan dengan sistem senjata dan avionik yang lebih canggih.

         Sayuti juga mengungkapkan TNI AU telah memprogramkan pergantian Hawk MK-53 buatan Inggris, namun pesawat penggantinya belum ditentukan.(*)