NTB menargetkan produksi padi 2,6 juta ton

id NTB,produksi padi,jajar legowo

NTB menargetkan produksi padi 2,6 juta ton

Petani menebar pupuk di areal persawahan Kelurahan Dasan Cermen, Kota Mataram, NTB. ANTARA/Awaludin

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menargetkan produksi padi mencapai 2,6 juta ton pada musim tanam 2019/2020 atau naik 200 ribu ton dibandingkan 2018/2019 sebanyak 2,4 juta ton.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Husnul Fauzi di Mataram, NTB, Selasa menyebutkan produksi padi tersebut bisa diperoleh dari 480 ribu hektare luas lahan tanam yang tersebar di 10 kabupaten/kota.

"Luas lahan tanam tidak mengalami perubahan dibandingkan musim tanam 2018/2019. Tapi yang ditingkatkan adalah produktivitas tanaman," katanya.

Ia menyebutkan upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut adalah terus memperluas lahan tanam menggunakan sistem jajar legowo.

Sistem jajar legowo adalah suatu rekayasa teknologi untuk mendapatkan populasi tanaman lebih dari 160.000 per hektare. Penerapan jajar legowo selain meningkatkan populasi pertanaman, juga mampu dapat berfotosintesa lebih baik.

Ada beberapa tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu, tipe legowo 2:1, 3:1, 4:1, 5:1, 6:1, dan tipe lainnya yang sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di Indonesia.

Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian  Kementerian Pertanian, tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo 4:1, sedangkan dari tipe jajar legowo 2:1 dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah berkualitas benih.

Husnul menambahkan terobosan lain yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi adalah memberikan paket bantuan rendah residu.

Artinya, petani boleh tetap menggunakan pestisida kimia, tapi dosisnya dikurangi, sambil memberikan pemahaman penggunaan pestisida rendah residu.

Pihaknya juga mendorong petani melakukan penanaman padi sistem tumpang sari di lahan yang memungkinkan sebagai salah satu solusi meningkatkan produksi pangan. Misalnya tanam jagung tumpang sari dengan padi.

"Tapi, persoalannya adalah kalau tanaman padi sistem tumpang sari tersebut tidak terdaftar di Badan Pusat Statistik, sehingga tidak tercatat sebagai produksi. Tapi, kami akan coba laporkan calon petani dan calon lahan secara daring (online) ke sistem BPS," katanya.