Peneliti LIPI: COVID-19 berpotensi menular lewat feses
Jakarta (ANTARA) - Peneliti mikrobiologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra mengatakan bahwa selain lewat percikan cairan tubuh yang terkontaminasi virus corona baru, COVID-19 juga berpotensi menular melalui feses.
"Sebetulnya hal ini tidak mengherankan karena pada kasus SARS kontaminasi feses juga merupakan salah satu rute penyebaran yang terjadi pada sebuah apartemen di Hong Kong," kata Sugiyono kepada ANTARA, Jakarta, Kamis.
Di samping itu, menurut dia, dalam proses transmisi dari kelelawar ke hewan perantara musang atau trenggiling virus corona diduga juga ditularkan melalui feses.
Sugiyono menuturkan, beberapa studi menunjukkan virus corona baru SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 terdeteksi pada sampel yang diambil dari area anus beberapa pasien di China.
"Bahkan persentase hasil positifnya lebih besar dibandingkan dengan deteksi pada sampel yang diambil di area mulut pasien," katanya.
Kemudian, ia melanjutkan, hasil satu studi di satu rumah sakit di Singapura menyebutkan SARS-CoV-2 juga terdeteksi pada area toilet, wastafel, lantai, dan gagang pintu.
Pada sampel udara SARS-CoV-2 tidak terdeteksi, tapi terdeteksi pada lubang ventilasi dan kipas angin. Namun, sampel pada benda mati tersebut sebetulnya diambil sebelum dilakukan proses disinfeksi rutin.
Setelah proses disinfeksi, sampel juga diambil dari beberapa permukaan benda mati dan ternyata hasilnya negatif SARS-CoV-2, menunjukkan bahwa penyebaran virus dapat dicegah dengan disinfeksi.
Sugiyono menuturkan penyebaran virus melalui feses sebetulnya bukan hal baru. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus seperti Hepatitis A, polio, dan diare yang disebabkan oleh rotavirus juga menular melalui rute feses.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan tangan dan sanitasi lingkungan mutlak harus dilakukan untuk mencegah penularan berbagai penyakit, tidak hanya COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan penularan COVID-19 dari satu orang ke orang lain terjadi melalui kontak dekat dengan penderita, kontak dengan respiratory droplets atau percikan cairan dari saluran pernafasan orang yang terkontaminasi virus corona baru.
Namun ada beberapa potensi rute penularan lain seperti melalui benda mati yang sudah terkontaminasi virus. Dalam hal ini ada studi yang menunjukkan ketahanan beberapa jenis virus corona selain SARS-CoV-2 pada benda mati berkisar antara dua jam hingga sembilan hari.
Penularan dapat dimulai ketika tangan bersentuhan dengan benda yang sudah terkontaminasi virus kemudian tangan menyentuh area mulut, hidung, atau mata sehingga memungkinkan virus masuk ke dalam tubuh.
Namun, kata Sugiyono, studi terbaru membuktikan kontaminasi pada benda mati tidak hanya berasal dari respiratory droplet, tetapi juga sangat potensial melalui feses penderita COVID-19.
Menurut dia, variasi rute penyebaran itu merupakan salah satu hal yang dapat menjelaskan mengapa COVID-19 begitu masif menular ke banyak orang.
"Sebetulnya hal ini tidak mengherankan karena pada kasus SARS kontaminasi feses juga merupakan salah satu rute penyebaran yang terjadi pada sebuah apartemen di Hong Kong," kata Sugiyono kepada ANTARA, Jakarta, Kamis.
Di samping itu, menurut dia, dalam proses transmisi dari kelelawar ke hewan perantara musang atau trenggiling virus corona diduga juga ditularkan melalui feses.
Sugiyono menuturkan, beberapa studi menunjukkan virus corona baru SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 terdeteksi pada sampel yang diambil dari area anus beberapa pasien di China.
"Bahkan persentase hasil positifnya lebih besar dibandingkan dengan deteksi pada sampel yang diambil di area mulut pasien," katanya.
Kemudian, ia melanjutkan, hasil satu studi di satu rumah sakit di Singapura menyebutkan SARS-CoV-2 juga terdeteksi pada area toilet, wastafel, lantai, dan gagang pintu.
Pada sampel udara SARS-CoV-2 tidak terdeteksi, tapi terdeteksi pada lubang ventilasi dan kipas angin. Namun, sampel pada benda mati tersebut sebetulnya diambil sebelum dilakukan proses disinfeksi rutin.
Setelah proses disinfeksi, sampel juga diambil dari beberapa permukaan benda mati dan ternyata hasilnya negatif SARS-CoV-2, menunjukkan bahwa penyebaran virus dapat dicegah dengan disinfeksi.
Sugiyono menuturkan penyebaran virus melalui feses sebetulnya bukan hal baru. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus seperti Hepatitis A, polio, dan diare yang disebabkan oleh rotavirus juga menular melalui rute feses.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan tangan dan sanitasi lingkungan mutlak harus dilakukan untuk mencegah penularan berbagai penyakit, tidak hanya COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan penularan COVID-19 dari satu orang ke orang lain terjadi melalui kontak dekat dengan penderita, kontak dengan respiratory droplets atau percikan cairan dari saluran pernafasan orang yang terkontaminasi virus corona baru.
Namun ada beberapa potensi rute penularan lain seperti melalui benda mati yang sudah terkontaminasi virus. Dalam hal ini ada studi yang menunjukkan ketahanan beberapa jenis virus corona selain SARS-CoV-2 pada benda mati berkisar antara dua jam hingga sembilan hari.
Penularan dapat dimulai ketika tangan bersentuhan dengan benda yang sudah terkontaminasi virus kemudian tangan menyentuh area mulut, hidung, atau mata sehingga memungkinkan virus masuk ke dalam tubuh.
Namun, kata Sugiyono, studi terbaru membuktikan kontaminasi pada benda mati tidak hanya berasal dari respiratory droplet, tetapi juga sangat potensial melalui feses penderita COVID-19.
Menurut dia, variasi rute penyebaran itu merupakan salah satu hal yang dapat menjelaskan mengapa COVID-19 begitu masif menular ke banyak orang.