GURU NTB ENGGAN MEMBUAT KARYA TULIS

id



          Mataram, 19/7 (ANTARA) - Salah seorang tim penilai sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan dari Kementerian Pendidikan Nasional Eka Budianta menilai guru-guru di Nusa Tenggara Barat enggan untuk membuat karya tulis.

         "Saya tidak tahu pasti apa penyebab kenapa guru-guru di Nusa Tenggara Barat (NTB) minatnya rendah untuk ikut dalam lomba menulis," kata Eka Budianta, di sela kegiatan sosialisasi tata cara penilaian sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan tahun 2011, di Mataram, Senin.

         Ia mengatakan, indikator rendahnya minat guru-guru di NTB untuk membuat karya tulis dilihat dari jumlah guru di daerah ini yang ikut berpartisipasi dalam lomba penulisan buku yang digelar oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada 2010.

         Dari 1.000 peserta yang ikut mengirimkan karya tulisnya, sebanyak 700 guru berasal dari Pulau Jawa, sedangkan dari NTB hanya belasan orang.

         Padahal menurut dia, Kementerian Pendidikan Nasional tidak memberlakukan syarat yang terlalu berat untuk bisa berpartisipasi menulis buku. Di samping itu, total hadiah yang disediakan mencapai Rp1 miliar. Pemberian penghargaan juga dilakukan di Jakarta.

         "Sebenarnya ini kesempatan bagi para guru-guru di NTB untuk berkarya dan bisa berprestasi di tingkat nasional. Prestasi yang bisa diraih tentu menjadi kebanggaan tersendiri karena bersaing dengan ribuan orang dari seluruh Indonesia," katanya.

         Menurut dia, Kementerian Pendidikan Nasional memberlakukan syarat panjang tulisan yang dikirim 60 sampai 80 halaman untuk guru sekolah dasar, sedangkan guru sekolah menengah pertama panjang tulisan sebanyak 80 sampai 150 halaman dan sekolah menengah atas sebanyak 100 sampai 200 halaman.

         Karya tulis yang bisa dikirim tidak selalu berkutat pada keahlian guru atau pada mata pelajaran yang diberikan kepada siswa, tetapi pada hal-hal umum baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan ataupun sosial budaya masyarakat yang ada di NTB.

         Eka menambahkan, melalui tulisan yang dibuat oleh para guru, terutama tentang kondisi sosial budaya masyarakat yang ada kaitannya dalam upaya mendukung pariwisata daerah, NTB akan lebih dikenal luas di tingkat nasional.

         "Para guru bebas mau menulis apa saja yang penting ada kaitan dengan ilmu pengetahuan dan sosial budaya. Contohnya, para guru di Yogyakarta, menulis tentang batik. Mungkin di sini ada sesuatu produk atau budaya yang khas di kalangan masyarakat NTB. Itu bisa diangkat dalam bentuk tulisan," katanya.

         Salah satu upaya untuk menggairahkan minat guru di NTB menulis, kata dia, yakni dengan melakukan sosialisasi tentang pentingnya karya tulis bagi para guru.

         Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan mengundang beberapa anggota Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang ada di kabupaten/kota, dari unsur Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) Provinsi dan Kabupaten/kota.

         "Kita berharap para guru dan Dinas Dikpora Provinsi dan Kabupaten/kota yang sudah diberikan pemahaman bisa membantu mensosialisasikan pentingnya karya tulis kepada guru-guru lainnya di daerah ini. Termasuk juga dari unsur media kita harapkan dukungannya," kata Eka. (*)