Ramadhan dan optimisme melawan pandemi Covid-19

id NTB,Corona,COVID-19

Ramadhan dan optimisme melawan pandemi Covid-19

Ns.Chan.S.Kep*

Mataram (ANTARA) - Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang senantiasa ditunggu kehadirannya oleh seluruh umat muslim dunia, terlebih umat muslim di Indonesia. Berbagai cara dilakukan sebagai bentuk kegembiraan akan datangnya bulan yang penuh dengan kemuliaan ini.

Namun Ramadhan kali ini umat Islam dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sangat berbeda yakni dengan adanya wabah atau sering disebut dengan wabah Covid-19 dimana oleh organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dinyatakan sebagai pandemi global. Wabah yang mampu merubah tatanan sosial, perekonomian, pendidikan dan bahkan keagamaan.
 
Berdasarkan data update terakhir pada 28 April tahun 2020 jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 yang terjadi di Indonesia mencapai angka 9.096 kasus, 765 kasus dinyatakan meninggal dan 1.151 dinyatakan sembuh, dan di NTB sendiri sampai dengan saat ini terdapat 206 kasus terkonfirmasi positif, 4 kasus dinyatakan meninggal dan 22 kasus dinyatakan sembuh.

Bahkan Provinsi NTB saat ini berada pada peringkat 10 besar kasus tertinggi di Indonesia. Angka yang relatif tinggi dan tidak menutup kemungkinan angka tersebut akan terus bertambah apabila tidak adanya perubahan perilaku masyarakat pada umumnya. 

Berbagai kebijakan preventif, deteksi dini dan upaya kuratif telah dilakukan yakni dengan adanya imbauan Social Distancing, Physical Distancing, wajib menggunakan masker ketika akan bepergian, ke luar rumah jika ada keperluan penting, larangan berkumpul dan melakukan salat berjamaah bagi umat islam dan bahkan dibeberapa daerah telah diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kasus wabah Covid-19 saat ini menjadi ujian bagi umat muslim dunia tak terkecuali di Indonesia terlebih lagi pada bulan suci Ramadhan 1441 H. Bulan dimana umat muslim dunia dan khususnya di Indonesia melaksanakan ibadah tahunan yakni Puasa Ramadhan. Tentu dengan adanya wabah ini memberikan warna yang berbeda bagi ummat muslim khusuanya di Indonesia.

Ramadhan tahun ini tidak lagi tampak seperti sebelumnya, nuansa ngabuburit ala anak muda tidak lagi terlihat di sudut-sudut kota, shaf-shaf yang berdiri tegak, rapat dan lurus di masjid-masjid dan musala tak lagi terlihat seperti sedia kala. 

Bahkan di akhir puncak Ramadhan diperkirakan suara gema takbir yang terpancar dari corong-corong mesjidpun hanya terdengar dari setiap sudut-sudut jendela. Bagi sebagian orang masih bisa menjalankan ibadah bersama keluarga, namun tidak bagi beberapa tenaga medis yang saat ini sedang bertugas dihampir seluruh ruang-ruang perawatan terlebih tenaga medis yang saat ini berjibaku melawan virus corona.

Jika tagar ramadhan bagi yang lain di rumah saja maka bagi tenaga medis sebagai garda terdepan adalah Ramadhan di rumah sakit saja. Secara psikologis pastilah sangat berat ditambah dengan beban resiko kerja. Maka pesan penulis bagi teman sejawat dan seluruh tenaga medis adalah tetap tabah dan kuat dalam menghadapi ujian ini dan yakinlah bahwasanya ujian ini akan berlalu dan peristiwa ini menjadi cerita dan kenangan yang tak terlupakan bagi teman-teman sejawat semua.

Ramadhan dengan tagar "#DirumahSaja" adalah langkah yang tepat untuk disebarluaskan ditengah Pandemi Covid-19 juga dengan berbagai imbauan resmi yang dikeluarkan oleh pemangku kebijakan dan para ulama telah beredar luas di masyarakat.

Memang secara naluri rasanya memberatkan dan terkadang seperti tak wajar, namun semua itu adalah sebuah keputusan untuk kemaslahatan yang lebih besar.

Dengan adanya imbauan dengan tagar Ramadhan #DirumahSaja mari kita jadikan rumah sebagai mimbar dan madrasah bagi keluarga, Awalnya semua ini pasti terasa anomali dan pratirasa namun dibalik situasi seperti saat ini yakinlah ada banyak keberkahan di balik ujian.

Ramadhan tetaplah berjalan dan ujian pastilah berlalu, ada banyak cara menghidupkan nuansa Ramadhan ditengah pandemi, mengerjakan sunnah-sunnah seperti tadarus Quran dan melaksanakan Qiyamul Lail bersama keluarga di rumah, mendengarkan kajian via media, sehingga suasana Ramadhan di rumah saja terasa bak ramadhan seperti biasanya.

Ramadhan tahun ini di tengah terjadinya pandemi tepatlah bagi setiap insan untuk selalu bermuhasabah diri terutama bagi penulis sendiri yang masih sangat jauh dari perintah-perintah syar'i. Namun sebagai manusia yang tak luput dari salah dan dosa hendaknya selalu menumbuhkan rasa saling menguatkan dan mengingatkan dalam kebaikan agar diri yang hampa dari makna kalam-kalam ilahi tersadarkan dan berusaha bangkit untuk menjadi lebih baik lagi.

Sebagai Pesan penutup Mari di bulan yang mulia nan suci ini kita bangun semangat optimistik bersama dan turut serta  membantu para tenaga medis sebagai garda terdepan dalam sebuah pelayanan kesehatan melawan Virus corona dengan cara melaksanakan imbauan pemerintah serta melakukan segala aktifitas ibadah Ramadhan Di rumah saja.