P4S NTB BUTUH MESIN PENGOLAH RUMPUT LAUT

id



          Mataram,  (ANTARA) - Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya, Nusa Tenggara Barat, butuh bantuan mesin pengolah rumput laut dari pemerintah untuk mengembangkan usahanya.

         "Kami masih memproduksi dodol rumput laut,  manisan rumput laut dan dodol tomat serta  manisan tomat secara manual. Maklum belum ada mesin pengolah. Kami sudah mengajukan permohonan bantuan mesin pengolah ke pemerintah," kata Ketua Pusat Pelatihan Pertanian  Pedesaan Swadaya (P4S) Nusa Tenggara Barat (NTB) Waluyo Tri Setyono, di Mataram, Jumat.

         Ia mengatakan, prospek usaha pengolahan rumput laut dan tomat tersebut cukup cerah, mengingat belum ada pihak lain di NTB, yang menggeluti bisnis yang bisa membantu menyerap produksi hasil petani itu.

         Upaya untuk memperoleh bantuan mesin pengolah sudah dilakukan dengan mengajukan proposal permohonan bantuan kepada Pemerintah Provinsi NTB serta Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.

         Jika pemerintah mengabulkan permohonan bantuan mesin peralatan, menurut Waluyo, pihaknya bisa memproduksi olahan rumput laut dan tomat dalam jumlah lebih banyak, sehingga bisa untuk memenuhi permintaan konsumen hingga ke Pulau Jawa.

         "Saat ini, pemasaran baru di seputar Kota Mataram saja. Pemasaran dilakukan melalui dua toko yaitu Toko Mita Rasa dan toko pusat oleh-oleh khas NTB di Ampenan serta melalui outlet oleh-oleh NTB di pusat perbelanjaan Mataram Mal," ujarnya.

         Ia menyebutkan, produksi manisan dan dodol rumput laut yang digelutinya menghabiskan sekitar 50 kilogram rumput laut setiap bulan. Rumput laut tersebut dibeli dari nelayan yang ada di Lombok Timur dan Sumbawa dengan harga paling tinggi Rp13 ribu per kilogram.

         Sementara untuk bahan baku manisan dan dodol tomat didatangkan dari wilayah Pulau Lombok.

         Waluyo mengaku menjalankan bisnis olahan rumput laut dan tomat yang tergolong industri skala rumah tangga itu sejak 2008. Bisnis tersebut digelutinya setelah isterinya memperoleh pelatihan pengolahan rumput laut dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB.

         Usaha yang sudah berjalan dua tahun itu baru melibatkan tiga orang tenaga kerja, yakni  dari mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram). Mereka terlibat menjadi tenaga kerja sekaligus menempa jiwa wirausahanya.

         "Mimpi kami, bisa membangun usaha seperti PT Phoenix Mas, yang sudah terkenal dengan produk olahan hasil pertaniannya. Kalau pemerintah bisa membantu kami, bukan tidak mungkin kami bisa merekrut karyawan lebih banyak lagi untuk memenuhi permintaan konsumen lokal dan di luar NTB yang cukup banyak," ujarnya.(*)