BKKBN MATARAM GANDENG PONPES UNTUK SOSIALISASIKAN KB

id

          Mataram, 16/9 (ANTARA) - Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menggandeng 12 pondok pesantren untuk membantu menyosialisasikan program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi kepada masyarakat.

         Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kota Mataram, H Lalu Marwan Hadi, di Mataram, Jumat, mengatakan, pondok pesantren (ponpes) dinilai sebagai sebuah lembaga yang mampu memberikan pemahaman mengenai program keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi kepada masyarakat terutama di kalangan usia remaja.

         "Di setiap ponpes yang kita gandeng sudah dibentuk pusat informasi dan konsultasi remaja. Kami berharap ponpes itu bisa menyosialisasikan program KB dan kesehatan reproduksi bagi masyarakat terutama yang putus sekolah melalui pendekatan keagamaan," ujarnya.

         Menurut dia, salah satu faktor yang mampu menekan angka kelahiran di suatu wilayah adalah tingkat pernikahan usia dini yang relatif rendah, selain memperbanyak angka peserta KB aktif.

         "Jika angka pernikahan dini di suatu wilayah cukup tinggi, maka akan mempengaruhi pencapaian program keluarga berencana karena sudah pasti angka kelahiran pasangan usia subur akan cukup tinggi," ujarnya.

         Marwan tidak mengetahui secara pasti angka pernikahan usia dini di Kota Mataram, namun pihaknya tetap berupaya untuk memberikan pemahaman kepada kaum remaja tentang program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

         Selain melalui pendekatan agama yang dilakukan oleh pengelola ponpes yang tersebar sejumlah kecamatan di Kota Mataram, kata dia, pihaknya juga menyosialisasikan program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi melalui jalur pendidikan dengan melibatkan mahasiswa di Universitas Mataram.

         Para kader dari kalangan mahasiswa itu diberikan pemahaman tentang keluarga berencana dan dampak dari menggunakan reproduksinya pada usia dini dan tanpa melalui pernikahan.

         Para mahasiswa itu juga diharapkan bisa menularkan pengetahuannya kepada rekan-rekannya yang lain.

         "Kami sengaja menggunakan jalur agama dan pendidikan karena keduanya merupakan filter bagi generasi muda untuk mencegah penggunaan reproduksi sebelum waktunya," katanya.(*)