Surabaya (ANTARA) - Pengamat sosial politik dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Nursyam, M.Si. mengemukakan, kearifan lokal yang dimiliki bangsa Indonesia akan menjadi solusi untuk meredam kekerasan politik.
"Kearifan lokal itu adalah, kita dikenal sebagai masyarakat yang rukun, harmoni dan selamat," katanya pada dialog publik "Tantangan Ekonomi, Sosial dan Politik Pasca-Pemilu 2009" yang juga menghadirkan mantan Menneg BUMN, Laksamana Sukardi di Surabaya, Sabtu malam.
Menurut dia, dengan banyaknya persoalan menjelang Pemilu 2009 ini, maka sangat rawan terjadinya kekerasan sosial dan politik yang bersumber pada ketidakpuasan para calon anggota legislatif yang kalah.
"Misalnya masalah DPT (daftar pemilih tetap). Seorang calon bisa saja menyalahkan kekalahannya dengan menyebutkan karena masalah DPT itu. Apalagi saat ini, rakyat Indonesia memiliki sindrom tidak mau kalah," kata alumni S-3 bidang kajian sosiologi di Unair itu.
Rektor IAIN Sunan Ampel itu mengemukakan, pemilu kali ini akan memiliki dampak yang sangat besar jika tidak diwaspadai oleh semua pihak. Meskipun demikian, ia berseloroh bahwa yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi hanya Allah Swt.
Pada kesempatan itu, ia mengemukakan, sedikitnya ada dua perubahan mendasar dalam pemilu kali ini. Pertama, perubahan dari cara mencoblos ke mencentang. Kedua, perubahan tiba-tiba dari menggunakan sistem nomor urut ke perolehan suara terbanyak.
"Saya heran dengan anggota legislatif di senayan kok menyetujui sistem mencontreng (mencentang) itu. Padahal masih banyak rakyat kita yang belum paham dengan cara baru tersebut. Saya khawatir ini akan menimbulkan apatisme kemudian masyarakat memilih untuk tidak repot-repot memilih," katanya.
Sementara dengan sistem perolehan suara terbanyak telah menimbulkan praktik politik uang yang luar biasa banyak di masyarakat. Karena itu kemudian dikhawatirkan terjadinya jual beli suara.
"Demokrasi yang diharapkan rasional akan menjadi rusak. Orang memilih seorang calon bukan karena programnya, tapi karena calon itu banyak uangnya," kata Nursyam.
Mengenai kearifan lokal, katanya, kerukunan dan harmoni itu bertumpu pada keseimbangan dalam hubungan dengan Tuhan, dengan manusia dan dengan alam. Jika hal itu terjadi, maka akan muncul adalah keselamatan yang menjadi cita-cita semua oarng.
"Kalau orang mendambakan keselamatan, maka diharapkan tidak akan terjadi kekerasan sosial politik itu," ujarnya.(*)