Obesitas dapat memicu gangguan siklus haid

id siklus haid,siklus menstruasi,gangguan haid

Obesitas dapat memicu gangguan siklus haid

Ilustrasi--Rasa nyeri kadang muncul menjelang atau selama haid atau menstruasi. (Shutterstock/Kaspars Grinvalds)

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Siloam Mampang dr. Joan Meutia Sari Sp.OG mengemukakan bahwa obesitas termasuk faktor yang dapat memicu gangguan siklus haid.

"Obesitas dapat memicu kelainan atau gangguan siklus haid yang baik, karena dapat mengganggu proses perkembangan sel telur,” katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Selain obesitas, ia melanjutkan, ketidakseimbangan hormon dan kelainan atau penyakit pada rahim seperti mioma (tumor jinak rahim), polip, keganasan di rahim, serta konsumsi obat pengencer darah juga dapat mengganggu siklus menstruasi yang normal.

Ia menjelaskan, haid atau menstruasi adalah perdarahan yang terjadi akibat luruhnya lapisan dinding rahim, yang terjadi secara periodik pada siklus ovulasi (pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam rahim). 

Menurut dia, menarche atau keluarnya darah haid pertama kali pada seorang perempuan terjadi rata rata pada usia sembilan tahun hingga 12 tahun.

Perempuan yang hingga usia 14 tahun belum haid dan tanda-tanda seks sekundernya tidak muncul, seperti payudaranya tidak tumbuh, disarankan memeriksakan diri ke dokter. Namun, jika haid belum datang tapi tanda seks sekunder sudah muncul, maka disarankan menunggu hingga usia 16 tahun.

Siklus menstruasi adalah masa dari hari pertama keluar darah haid sampai sehari sebelum masa periode haid selanjutnya.

Menurut Joan, siklus menstruasi normalnya berlangsung 24 sampai 38 hari dengan rentang variasi maju atau mundurnya sekitar tujuh hari dan lama menstruasi berkisar dua hingga tujuh hari, tidak lebih dari delapan hari, dengan volume darah yang keluar sekitar 80cc.

Selain itu, ia melanjutkan, normalnya tidak gumpalan darah yang besar dalam darah haid, tidak ada perdarahan di luar siklus haid, dan tidak ada sindrom pra-menstruasi atau nyeri yang berlebihan sampai mengganggu aktivitas selama haid.

"Siklus menstruasi yang baik dan teratur dapat menggambarkan fungsi reproduksi yang baik pula," katanya.

Ia mengemukakan bahwa pada saat seorang perempuan mulai menstruasi umumnya siklus haid bisa tidak teratur dan menjadi panjang.

"Hal itu masih normal dan semakin lama akan menjadi teratur seiring bertambahnya usia sehingga masih dapat dinilai dalam dua tahun," katanya.

Dia menjelaskan pula bahwa sel telur di ovarium yang jumlahnya semakin berkurang membuat siklus haid semakin memanjang menjelang menopause.