Mataram (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menargetkan pekan ini siswa SDN Model Mataram akan menempati gedung baru bekas Universitas Terbuka (UT) Mataram di Mandalika, Kecamatan Sandubaya.
"Target kami pekan ini semua aset, barang-barang, milik SDN Model yang ada di SMPN 14 Mataram sudah dipindah ke gedung baru agar aktivitas belajar mengajar juga bisa dilaksanakan segera," kata Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Mataram Yusuf, S.Pd di Mataram, Senin.
Pernyataan itu disampaikan di sela memantau kegiatan pemindahan aset dan barang-barang SDN Model ke gedung bekas UT Mataram di Mandalika, Kecamatan Sandubaya.
Selama pemindahan, katanya, siswa SDN Model diberikan dispensasi untuk tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar. "Tapi jika sampai minggu ini belum selesai, kita menyarankan agar sementara anak-anak belajar dalam jaringan (daring) sampai semua siap," katanya.
Pasalnya, kata dia, pada prinsipnya untuk kesiapan gedung dan sarana lainnya masih layak dan bisa ditempati langsung. Hanya saja, ada kekurangan ruang kelas, dimana ruang yang ada hanya 10 kelas, sementara kebutuhan 12 kelas.
"Jadi kita butuh waktu untuk menyekat ruang aula yang ada agar bisa menjadi ruang kelas," katanya.
Namun untuk mempercepat proses penempatan gedung baru SDN Model, kata Yusuf, pemerintah kota telah memberikan dukungan dengan mengerahkan semua OPD terkait membantu penataan dan pembersihan gedung.
"Tim dari Dinas LH, PUPR, Dinas Perkim, dan kami dari Disdik juga ikut turun membantu agar anak-anak bisa segera menempati gedung adan belajar kembali secara normal," katanya.
Percepatan pemindahan aktivitas SDN Model dipicu adanya aksi perusakan tembok pembatas SDN Model Mataram oleh siswa SMPN 14 Mataram Jumat pagi (2/9-2022).
SD Model atau dulunya terkenal dengan SD Internasional selama ini melaksanakan aktivitas belajar mengajar di SMPN 14 Seganteng sejak sekitar tahun 2015-2016, karena gedung yang ditempati saat itu bermasalah.
Terkait dengan itu, lanjut Yusuf, pihaknya juga melakukan investigasi dan evaluasi terhadap kasus perusakan itu agar tidak terkesan pihak sekolah melakukan pembiaran terhadap aksi anak-anak.
Aksi anak-anak yang merusak fasilitas sekolah itu telah mencoreng dunia pendidikan dan hal itu menjadi satu kesalahan dan kegagalan dari guru.
"Siswa SMP dan SD itu anak-anak kita, jadi harus kita selesaikan dengan duduk bersama dan evaluasi agar kasus ini tidak terulang lagi," katanya.