KONFLIK INTERNAL MAHASISWA IAIN MATARAM MAKIN MEMANAS

id

     Mataram, 11/6 (ANTARA) - Konflik internal di kalangan mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) terkait manajemen Fakultas Tarbiah, makin memanas.

     Kelompok mahasiswa IAIN Mataram yang berunjuk rasa di kampusnya, Senin, dibendung oleh kelompok mahasiswa lainnya, hingga aksi saling dorong terjadi dan kericuhan tidak terhindarkan.

     Lebih dari 30 orang mahasiswa pengunjuk rasa melakukan aksi lanjutan yang dimulai sejak Senin pekan lalu, di kampus dan aksi tersebut ditentang kelompok mahasiswa lainnya.

     Mahasiswa pengunjuk rasa hendak memasuki gedung utama namun dihadang kelompok mahasiswa lainnya.

     Aparat kepolisian masuk ke kampus guna melerai pertikaian itu, karena sejumlah mahasiswa terlihat membawa parang yang disembunyikan dalam kain sarung.

     Kericuhan itu, akhirnya dapat dikendalikan aparat kepolisian yang dibantu petugas pengamanan kampus, dan sejumlah dosen, dan mahasiswa.

     Syamsul Rizal selaku koordinator umum aksi unjuk rasa itu mengatakan, unjuk rasa berkelanjutan ini, dilakukan untuk mengkritisi kebobrokan manajemen di Fakultas Tarbiah.

     "Aksi massa ini berkelanjutan karena ada 14 orang rekan kami (mahasiswa) yang diberi sanksi disiplin. Dekan menyurati orangtua/wali dan memberitahukan sanksi tersebut, sehingga kami tidak menerima tindakan itu," ujarnya.

     Selain itu, kata Rizal, cukup banyak dosen yang sering absen dengan alasan tugas belajar dan izin belajar, sehingga mahasiswa yang menjadi korban karena aktivitas perkuliahan sering terabaikan.

     Fasilitas perkualiahan juga tidak sesuai harapan, yang diduga akibat praktek tindak pidana korupsi.

     Karena itu, mereka mendesak Muhammad selaku Dekan Fakultas Tabiah IAIN Mataram itu dicopot dari jabatannya.

     "Kami mau satu saja, copot Muhammad dari jabatan Dekan Fakultas Tarbiah," ujar Rizal dengan nada keras, yang disambut teriakan histeris rekan-rekannya.

     Sementara itu, Pembantu Dekan (PD) II Fakultas Tarbiah IAIN Mataram Baihaqi, yang ditemui terpisah mengatakan, tuntutan mahasiswa pengunjuk rasa itu berlebihan dan tidak substansial.

     "Isi tuntutannya juga berubah-ubah, sebelumnya soal manajemen, lalu soal isu korupsi, hari ini tuntutan copot Pak Dekan. Tidak jelas arahnya. Kalau memang ada indikasi korupsi tentu ada BPK atau polisi yang menindaklanjutinya," ujarnya.

     Mengenai dosen sering absen dengan alasan tugas belajar dan izin belajar, Baihaqi mengatakan, hal itu merupakan bagian dari peningkatan kualitas dosen seiring dengan peningkatan mutu fakultas tersebut.

     Mengenai fasilitas kampus, Baihaqi tidak menampik, namun ia mengingatkan semua mahasiswa bahwa kondisi tersebut masih dalam batas kewajaran mengingat kampus baru itu baru 2,5 tahun dioperasionalkan.

     "Anggarannya senantiasi ditingkatkan, sebelumnya Rp60 juta meningkat menjadi Rp200 juta. Upaya sudah dilakukan karena manajemen juga menghendaki peningkatan fasilitas perkuliahan demi kualitas mahasiswa di masa mendatang," ujarnya. (*)