Pemkot Mataram menyiapkan Rp1 miliar untuk penataan pasar tradisional

id pasar,dasan,agung

Pemkot Mataram menyiapkan Rp1 miliar untuk penataan pasar tradisional

Ilustrasi: aktivitas seorang pedagang di Pasar Dasan Agung Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Perdagangan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp1 miliar untuk penataan sejumlah pasar tradisional di kota itu agar lebih nyaman dan representatif.

"Anggaran tersebut bersumber dari APBD Kota Mataram tahun 2022. Kegiatan penataan itu segera dilaksanakan dalam waktu dekat," kata Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Mataram Uun Pujianto di Mataram, Senin.

Dikatakan, beberapa pasar tradisional yang akan ditata antara lain, Pasar Sindu, Kebon Roek, Dasan Agung, dan Pasar Rembiga.

"Untuk alokasi masing-masing pasar sekitar Rp200 juta, menggunakan sistem penunjukan langsung," katanya.

Menurutnya, kegiatan penataan sarana dan prasarana di masing-masing pasar tradisional disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Misalnya untuk Pasar Sindu dan Kebon Roek akan dilakukan penataan bagian atap dan pemasangan paving blok di beberapa los agar ketika terjadi hujan tidak becek.

Sementara untuk Pasar Dasan Agung, akan dilakukan penambahan fasilitas ruang menyusui. Pasar Dasan Agung ini, merupakan salah satu dari 19 pasar di Kota Mataram yang berhasil meraih penghargaan pasar dengan standar nasional Indonesia (SNI).

Sebagai ruang publik kota, Pasar Dasan Agung berhasil meraih penghargaan itu karena dinilai memiliki los pasar bersih, ada pos kesehatan, tempat parkir, dan fasilitas lainnya.

"Sekarang kita akan lengkapi dengan fasilitas ruang menyusui," katanya.

Sedangkan untuk Pasar Rembiga akan dilakukan penataan pada bagian depan untuk menghidupkan Pasar Rembiga menjadi sebuah pasar malam dilengkapi dengan berbagai hiburan termasuk konser musik.

Pasar Rembiga merupakan salah satu dari 19 pasar tradisional di Kota Mataram, hanya saja keberadaanya kurang efektif karena berada di belakang rumah toko (ruko).

Bahkan jumlah pedagang di Pasar Rembiga saat pagi hanya 29 orang sehingga retribusi yang dapat dalam sehari hanya sekitar Rp120 ribu.

Terkait dengan itu, lanjut Uun, konsep Pasar Rembiga menjadi pasar malam diharapkan bisa mengoptimalkan fungsi Pasar Rembiga sebagai pusat transaksi masyarakat.

"Pedagang di Pasar Rembiga dulu lumanyan banyak, tapi mereka banyak lari ke Pasar Cemare dan Pasar Sayang-Sayang," katanya.

Namun demikian, potensi Pasar Rembiga terjadi pada sore hari terutama pada bagian depan utara. Dimana pada sorenya lapak Pasar Rembiga dipenuhi pedagang makanan, seperti sate, urap, dan jajanan tradisional lainnya.

"Potensi itulah yang ingin kita kembangkan, agar Pasar Rembiga tetap ramai dari sore hingga malam. Kita bahkan akan siapkan 'live musik' agar menjadi daya tarik tersendiri," katanya.