KUALITAS TEMBAKAU VIRGINIA LOMBOK TERGANTUNG SELERA PERUSAHAAN

id

     Mataram, 19/10 (ANTARA) - Dinas Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara (NTB) kesulitan menentukan kualitas tembakau virginia Lombok, karena selama ini indikator kualitasnya sangat tergantung selera perusahaan. 
     "Sulit petugas mengikuti tingkatan kualitas tembakau virginia Lombok, karena masing-masing perusahaan berbeda indikatornya, tergantung selera perusahaan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi NTB Hj Hartina, di Mataram, Jumat.
     Ia mengatakan, pihaknya sudah menyikapi keluhan petani tembakau virginia Lombok terkait penentuan kualitas tembakau, yang berpengaruh langsung terhadap harga jualnya.
     Versi petani, harga tembakau virginia Lombok itu fluktuatif karena adanya peran petugas penentu harga (grader) yang dimiliki perusahaan pengelola tembakau.
     Petani tembakau virginia mengeluhkan ulah "grader" yang membedakan kualitas tembakau petani, yang menurut pengalaman petani kualitasnya sama namun dibedakan oleh "grader" dan berdampak langsung pada perbedaan harga.
     Ulah "grader" itu menimbulkan kejanggalan, jenis dan kualitas barang sama namun dibedakan oleh "grader".
     Dinas Perkebunan NTB kemudian mendidik staf fungsional khusus untuk menjadi "grader" tembakau virginia, dan kini telah ada tiga orang petugas "grader".
     Hanya saja, ketiga petugas itu cukup kesulitan dalam menjalankan tugasnya, karena indikator kualitas tembakau virginia masing-masing perusahaan berbeda.
     "Tidak seperti yang kita duga, ternyata penilaian 'grader' itu sesuai selera perusahaan. Perusahaan rokok yang satu menerapkan indikator lainnya atas tingkatkan kualitas tembakau, perusahaan lainnya juga berbeda," ujarnya.
     Hartina menyontohkan, tembakau virginia kualitas terbaik versi "grader" PT Sadhana Arifnusa atau perusahaan milik Sampoerna Group selaku perusahaan mitra petani tembakau di Pulau Lombok yang terbesar, berbeda dengan kualitas terbaik versi PT Jarum, dan perusahaan lainnya.
     Karena itu, ia menyimpulkan fluktuatifnya harga tembakau virginia pada kondisi tertentu bukan dilatarbelakangi oleh ulah "grader", tetapi erat kaitannya dengan minat perusahaan pengelola tembakau.
     "Beragamnya indikator kualitas tembakau virginia itu, ternyata juga erat kaitannya dengan minat perusahaan rokok yang menjadi mitra perusahaan pengelola tembakau, sehingga kesulitan bagi kami untuk menyeragamkan tingkatan kualitasnya," ujarnya.
     Sebanyak 21 perusahaan pengelola tembakau beroperasi di Pulau Lombok, yakni PT Gudang Garam, Indonesia Indi Tobaco Citra Niaga, PT Karya Putra Maju, dan PT Seng Sasak, dan PT Sadhana Arifnusa atau perusahaan milik Sampoerna Group selaku perusahaan mitra petani tembakau di Pulau Lombok yang terbesar.
     Selanjutnya, PT Indonesia Dwi9, PT Export Leaf Indonesia, PT Dua Jarum, CV.Tresno Adi, Nyoto Permadi, Indonesia Indi Tobaco Citra Niaga, UD Subiyakto, UD Keluarga Sapi, UD Cakrawala, Satuning Mitra Lestari, UD Iswanto, UD Sumber Rezeki Pancor, UD Kemuning Sari Taya Jaya, Stevi dan PT Selaparang Agro serta PT Gudang Garam. (*)