Catur brata penyepian dan empat larangan saat Nyepi

id Catur brata penyepian,hari raya nyepi,empat larangan saat nyepi

Catur brata penyepian dan empat larangan saat Nyepi

Sejumlah Pecalang berjaga di ruas jalan yang menuju pemukiman umat Hindu saat Hari Raya Nyepi 2023 di Lingkungan Banjar Mantri, Kecamatan Cakranegara, Mataram, NTB, Rabu (22/3/2023). Sejumlah ruas jalan yang menuju pemukiman umat Hindu di Mataram ditutup dan terlihat sepi pada Hari Raya Nyepi tahun Caka 1945 saat umat Hindu Lombok menjalani ritual catur tapa brata penyepian mulai Rabu pukul 06.00 WITA hingga Kamis (23/3) pukul 06.00 WITA. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/pras.

Jakarta (ANTARA) - Hari Nyepi merupakan momen sakral bagi umat Hindu di Indonesia, terutama di Bali, yang menandai pergantian Tahun Baru Saka. Berbeda dengan perayaan tahun baru pada umumnya yang identik dengan pesta dan kemeriahan, Nyepi justru dijalani dalam keheningan dan perenungan diri.

Dalam tradisi ini, umat Hindu menjalankan catur brata penyepian, yaitu empat pantangan utama yang harus ditaati selama 24 jam penuh. Catur brata penyepian adalah empat pantangan utama yang dijalankan umat Hindu saat merayakan Hari Raya Nyepi.

Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan diri, mendekatkan diri kepada Tuhan, serta menciptakan harmoni dengan alam semesta. Keempat pantangan dalam catur brata penyepian diantaranya Amati Geni, Amati Karya, Amati Lelungan, dan Amati Lelangua. Catur brata ini bukan sekadar larangan, tetapi juga sebuah kesempatan untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Melalui keheningan dan pengendalian diri, umat Hindu diajak untuk lebih memahami makna kehidupan serta menemukan ketenangan batin. Ritual ini bukan hanya tradisi tahunan, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang dapat membawa kedamaian dan pencerahan dalam diri setiap individu.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai keempat pantangan dalam catur brata Penyepian di Bali, yang telah dilansir dari berbagai sumber.

Baca juga: Umat Hindu di Mataram perang api sambut Hari Raya Nyepi

Mengenal catur brata penyepian

Saat Hari Nyepi di Bali, masyarakat menjalankan tradisi dengan menghentikan segala aktivitas, mematikan lampu, dan menjaga suasana tetap hening. Mereka mengikuti empat pantangan yang dikenal sebagai catur brata penyepian, yang bertujuan untuk mendalami refleksi diri, bermeditasi, dan menemukan ketenangan batin.

Tak hanya umat Hindu, wisatawan dan penduduk non-Hindu pun diharapkan menghormati aturan ini dengan tetap berada di dalam tempat tinggal atau penginapan serta menghindari kegiatan yang bersifat hiburan.

Lampu-lampu terang tidak diperbolehkan, meskipun cahaya redup di dalam kamar hotel masih diizinkan. Tradisi ini tidak hanya mencerminkan penghormatan terhadap budaya dan spiritualitas Hindu, tetapi juga memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk merasakan ketenangan dan kedamaian dalam keheningan.

Dengan membatasi aktivitas duniawi, Hari Nyepi menjadi momen untuk merenung, memperbaiki diri, dan memulai tahun baru dengan hati yang lebih bersih serta pikiran yang lebih jernih.

Baca juga: Polresta Mataram siapkan 811 personel pengamanan pawai ogoh-ogoh jelang Nyepi

Aturan yang harus ditaati dalam catur brata penyepian

Catur brata penyepian merupakan empat aturan utama yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan Hari Nyepi. Prinsip-prinsip ini menekankan pentingnya disiplin diri, refleksi mendalam, dan pembersihan spiritual.

1. Amati geni (Tidak menggunakan api) – Tidak menyalakan api atau cahaya, termasuk mengendalikan api amarah dan hawa nafsu dalam diri. Hal ini melambangkan pengendalian diri dari segala bentuk emosi negatif.

2. Amati karya (Tidak bekerja) – Tidak melakukan pekerjaan atau aktivitas fisik, melainkan lebih berfokus pada kegiatan rohani sebagai bentuk penyucian diri.

3. Amati Lelungan (Tidak bersenang-senang) – Tidak bepergian ke luar rumah, tetapi memanfaatkan waktu untuk merenung, meditasi, berdoa, dan mempersembahkan bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi.

4. Amati Lelanguan (Tidak berpergian) – Menghindari hiburan dan kesenangan duniawi agar dapat lebih tekun dalam melatih batin serta meningkatkan kualitas spiritual.

Dengan menjalankan catur brata penyepian, umat Hindu diajak untuk lebih mendalami makna kehidupan, memperkuat hubungan dengan Tuhan, serta mencapai ketenangan dan kesucian jiwa.

Baca juga: Kapolresta Mataram imbau warga jaga toleransi saat Nyepi dan Idul Fitri 2025

Hari Raya Nyepi 2025

Hari Nyepi diperingati pada hari pertama bulan kesepuluh dalam kalender Saka, yang biasanya jatuh pada bulan Maret atau April dalam kalender Gregorian. Pada hari suci ini, seluruh aktivitas transportasi di Bali dihentikan, termasuk operasional Bandara Internasional Ngurah Rai dan layanan transportasi lainnya.

Pada tahun 2025, Nyepi akan dirayakan pada Sabtu, 29 Maret 2025, menandai pergantian Tahun Baru Saka 1947. Pemerintah Indonesia telah menetapkan tanggal ini sebagai hari libur nasional, ditambah cuti bersama pada Jumat, 28 Maret 2025. Hal ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati libur panjang yang bertepatan dengan akhir pekan dan perayaan Idul Fitri.

Meskipun terdapat berbagai pembatasan, Nyepi merupakan bagian penting dari tradisi dan budaya Bali. Bagi wisatawan, momen ini menjadi pengalaman unik untuk merasakan suasana spiritual yang mendalam serta memahami nilai-nilai kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.

Baca juga: Polisi alihkan arus lalu lintas saat pawai ogoh-ogoh di Mataram