NTB MASIH KEKURANGAN TENAGA INSEMINATOR

id

Mataram, 9/2 (Antara) - Provinsi Nusa Tenggara Barat hingga Sabtu masih kekurangan tenaga inseminator dalam rangka menunjang program unggulan NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) dengan target populasi sapi sebanyak satu juta ekor pada 2013.
Kepala Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat A.W. Nasrudin di Mataram menjelaskan bahwa jumlah tenaga inseminator sebanyak 270 orang, sekitar 80 persen berada di Pulau Lombok dan hanya 20 persen di Pulau Sumbawa.
Ia mengatakan bahwa BIBD juga baru memiliki tujuh orang "laboran" atau tenaga laboratorium inseminasi buatan yang bertugas memproduksi semen beku.
"Idealnya setiap satu orang inseminator melayani satu desa. Namun kenyataan, sekarang ini satu orang menangani beberapa desa. Oleh karena itu, kita akan terus berupaya melatih masyarakat, terutama peternak, untuk menjadi inseminator yang profesional," katanya.
Sementara itu, fasilitas yang tersedia untuk mendukung pelaksanaan tugas para inseminator, seperti sepeda motor perlengkapan inseminasi buatan dan pos inseminasi buatan, hanya saja ketersediaan tenaga inseminator belum mencakup semua wilayah.
Nasrudin mengatakan, untuk menciptakan inseminator profesional, dibutuhkan pelatihan khusus selama 20 hari, kemudian diberikan kesempatan untuk mempraktikkan ilmunya di lapangan disertai dengan kewajiban melaporkan hasilnya secara berkala.
"Setelah berhasil melakukan inseminasi atau kawin suntik dalam jumlah dan tingkat keberhasilan tertentu baru yang bersangkutan diberikan surat izin melakukan inseminasi (SIMI)," katanya.
Minat masyarakat untuk mengikuti pelatihan inseminasi buatan relatif cukup tinggi, terbukti jumlah pendaftar mencapai ratusan orang. Namun, yang bisa dilatih relatif sedikit, hanya 30--40 orang setiap tahu karena keterbatasan jumlah anggaran.
Menurut dia, produksi semen beku setiap tahun mencapai 50.000 dosis, sedangkan yang terserap oleh peternak relatif sedikit, sebanyak 8.000 dosis. Jadi, masih banyak semen beku yang belum terserap.
Dia mengatakan bahwa kelebihan produksi semen beku itu akan ditawarkan untuk dibeli provinsi lain. Semen beku produksi NTB cukup berkualitas dan juga tersedia semen beku "sexing", yakni semen beku dari sperma sapi jantan dan betina dan "nonsexing" atas bimbingan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Terkait dengan program unggulan NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS), Pemerintah Provinsi NTB menargetkan populasi sapi sebanyak 1.032.500 ekor, tercapainya grade A dan B sapi, swasembada daging menunjang ketahanan pangan nasional sebanyak 16.400 ton.
Selain itu, terbangunnya pabrik pakan di sentra produksi dengan potensi pupuk 5,02 juta ton, berkembangnya industri hilir peternakan, mendukung pengembangan pariwisata, dan penyerapan tenaga kerja hingga 344.000 orang. Dengan program NTB BSS, mampu meningkatkan pendapatan peternak Rp1,1 triliun serta produksi kulit 60.250 lembar. (*)

snun
Mataram, 9/2 (Antara) - Provinsi Nusa Tenggara Barat hingga Sabtu masih kekurangan tenaga inseminator dalam rangka menunjang program unggulan NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) dengan target populasi sapi sebanyak satu juta ekor pada 2013.
Kepala Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Provinsi Nusa Tenggara Barat A.W. Nasrudin di Mataram menjelaskan bahwa jumlah tenaga inseminator sebanyak 270 orang, sekitar 80 persen berada di Pulau Lombok dan hanya 20 persen di Pulau Sumbawa.
Ia mengatakan bahwa BIBD juga baru memiliki tujuh orang "laboran" atau tenaga laboratorium inseminasi buatan yang bertugas memproduksi semen beku.
"Idealnya setiap satu orang inseminator melayani satu desa. Namun kenyataan, sekarang ini satu orang menangani beberapa desa. Oleh karena itu, kita akan terus berupaya melatih masyarakat, terutama peternak, untuk menjadi inseminator yang profesional," katanya.
Sementara itu, fasilitas yang tersedia untuk mendukung pelaksanaan tugas para inseminator, seperti sepeda motor perlengkapan inseminasi buatan dan pos inseminasi buatan, hanya saja ketersediaan tenaga inseminator belum mencakup semua wilayah.
Nasrudin mengatakan, untuk menciptakan inseminator profesional, dibutuhkan pelatihan khusus selama 20 hari, kemudian diberikan kesempatan untuk mempraktikkan ilmunya di lapangan disertai dengan kewajiban melaporkan hasilnya secara berkala.
"Setelah berhasil melakukan inseminasi atau kawin suntik dalam jumlah dan tingkat keberhasilan tertentu baru yang bersangkutan diberikan surat izin melakukan inseminasi (SIMI)," katanya.
Minat masyarakat untuk mengikuti pelatihan inseminasi buatan relatif cukup tinggi, terbukti jumlah pendaftar mencapai ratusan orang. Namun, yang bisa dilatih relatif sedikit, hanya 30--40 orang setiap tahu karena keterbatasan jumlah anggaran.
Menurut dia, produksi semen beku setiap tahun mencapai 50.000 dosis, sedangkan yang terserap oleh peternak relatif sedikit, sebanyak 8.000 dosis. Jadi, masih banyak semen beku yang belum terserap.
Dia mengatakan bahwa kelebihan produksi semen beku itu akan ditawarkan untuk dibeli provinsi lain. Semen beku produksi NTB cukup berkualitas dan juga tersedia semen beku "sexing", yakni semen beku dari sperma sapi jantan dan betina dan "nonsexing" atas bimbingan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Terkait dengan program unggulan NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS), Pemerintah Provinsi NTB menargetkan populasi sapi sebanyak 1.032.500 ekor, tercapainya grade A dan B sapi, swasembada daging menunjang ketahanan pangan nasional sebanyak 16.400 ton.
Selain itu, terbangunnya pabrik pakan di sentra produksi dengan potensi pupuk 5,02 juta ton, berkembangnya industri hilir peternakan, mendukung pengembangan pariwisata, dan penyerapan tenaga kerja hingga 344.000 orang. Dengan program NTB BSS, mampu meningkatkan pendapatan peternak Rp1,1 triliun serta produksi kulit 60.250 lembar. (*)