Pedagang asongan makin banyak di Bandara Internasional Lombok

id Pedagang asongan makin banyak di Bandara Internasional Lombok

Pedagang asongan makin banyak di Bandara Internasional Lombok

PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok (BIL) mengklaim, pedagang asongan yang berjualan di dekat terminal bandara itu semakin banyak sehingga menimbulkan kesan semwrawut. (Pedagang asongan di BIL)

"Makin banyak saja jumlahnya, meskipun sudah ada penertiban dan pemberian fasilitas jualan bagi mereka di lokasi yang disediakan. Makanya butuh dukungan pemerintah daerah untuk penataannya," kata Manager Operasional dan Teknik PT AP I BIL Adhi Utomo.
Mataram (Antara Mataram) - PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok (BIL) mengklaim, pedagang asongan yang berjualan di dekat terminal bandara itu semakin banyak sehingga menimbulkan kesan semwrawut.

"Makin banyak saja jumlahnya, meskipun sudah ada penertiban dan pemberian fasilitas jualan bagi mereka di lokasi yang disediakan. Makanya butuh dukungan pemerintah daerah untuk penataannya," kata Manager Operasional dan Teknik PT AP I BIL Adhi Utomo, di Mataram, Kamis.

Keberadaan pedagang asongan di dekat terminal penumpang BIL sejak hari kedua pengoperasian bandara internasional itu, pada 1 Oktober 2011.

Awalnya, warga sekitar bandara dilanda euforia keberadaan bandara internasional sehingga senang melihat bandara dan terlihat berkeliaran secara berkelompok di kawasan bandara, hingga berkembang menjadi aktivitas perdagangan tradisional.

Hari demi hari semakin banyak pedagang asongan yang beraktivitas di depan pintu masuk ruang keberangkatan dan kedatangan, sehingga suasana semwrawut tidak bisa dihindari.

Pengelola bandara yang mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, kemudian melakukan penertiban dan mengarahkan para pedagang asongan itu untuk berjualan di luar kawasan bandara internasional itu.

Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sempat menyediakan areal berdagang di luar kawasan bandara namun relatif dekat dengan gerbang utama.

Penyediaan areal berdagang itu dimaksudkan agar aktivitas warga sekitar kawasan BIL lebih tertata dan aktivitas bandara internasional tetap terjamin kualitas, namun para pedagang akhirnya masuk lagi ke kawasan bandara dan beraktivitas sesuai kehendaknya.

Pada akhirnya, pengelola bandara menyediakan lokasi khusus yang agak jauh dari terminal bandara, sebagai tempat berjualan, namun jumlah petak jualan relatif terbatas.

Adhi mengatakan, baru ada 50 petak jualan, sementara jumlah pedagang asongan yang beraktivitas lebih dari 100 orang.

"Makanya, harus ada penambahan tempat jualan, dan itu sedang kami koordinasikan dengan pemerintah daerah setempat," ujarnya.

Manajemen PT Angkasa Pura I BIL memprogramkan penambahan tempat jualan yang akan direalisasikan pada 2014.

Pihak Angkasa Pura I BIL mengharapkan dukungan pemerintah daerah terkait program penambahan tempat jualan itu.

"Memang tidak ada pilihan, harus ada penambahan jumlah tempat jualan agar tidak ada perdagangan tradisional di dekat pintu masuk terminal. Mohon dukungan semua pihak terkait," ujar Adhi.

BIL memiliki areal seluas 551 hektare, dan memiliki landasan pacu 2.750 meter x 40 meter persegi, sehingga mampu didarati pesawat Airbus 330 atau Boeing 767 dan dapat menampung 10 unit pesawat.

Kapasitas tampung terminal penumpang BIL dapat mencapai tiga juta setahun, dengan luas areal parkir 17.500 meter persegi. Berbeda dengan Bandara Selaparang yang hanya 7.334 meter persegi, dengan kepasitas tampung 800 ribu penumpang setiap tahun. (*)