Hotel di Pantai Kuta Lombok sering Disatroni Rampok

id Pantai Kuta

Hotel di Pantai Kuta Lombok sering Disatroni Rampok

Ilustrasi - Hotel di Pantai Kuta, Lombok Tengah (Ist)

Aksi kejahatan itu semakin meningkat dan sangat parah. Bahkan, cenderung brutal. Kami selama ini banyak menerima investor yang datang ke Lombok Tengah. Namun, dengan kondisi ini, tentunya kami khawatir dengan kondisi keamanan yang kurang stabil
Mataram,  (Antara) - Sejumlah pemilik dan pengelola hotel yang rata-rata warga negara asing (WNA) di kawasan wisata Pantai Kuta, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mengaku dalam enam bulan terakhir sering disatroni kawanan perampok.

Tindak kejahatan itu dikeluhkan sejumlah pemilik serta pengelola hotel dan restoran yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB saat bertemu dan menggelar rapat dengar pendapat dengan anggota DPRD NTB di Mataram, Senin.

"Aksi kejahatan itu semakin meningkat dan sangat parah. Bahkan, cenderung brutal. Kami selama ini banyak menerima investor yang datang ke Lombok Tengah. Namun, dengan kondisi ini, tentunya kami khawatir dengan kondisi keamanan yang kurang stabil," kata General Manager Novotel Lombok Greg Hoehn.

Diakuinya, pihaknya merupakan salah satu korban aksi kawanan perampok tersebut, meskipun tidak mengambil barang Novotel yang berada di dalam hotel, tetapi di luar hotel, dan itu tetap saja meresahkan manajemen.

"Persoalan keamanan ini sangat penting dijadikan fokus perhatian, mengingat ada banyak orang yang menanamkan investasinya di Lombok Tengah," ujarnya.

Hal senada juga dikatakan salah seorang pemilik "guest house" di kawasan Pantai Kuta. Perempuan warna negara asing ini mengatakan, sejak 10 tahun tinggal dan memiliki tempat usaha di Pantai Kuta, tindak kejahatan seperti maling dan perampokan baru terjadi dalam satu tahun terakhir.

"Kondisinya semakin parah, dalam enam bulan terakhir sudah tujuh kali terjadi, dan saya harus kehilangan sejumlah barang seperti barang-barang dalam penginapan, bahkan sepeda motor miliknya ikut raib dibawa kawanan rampok, termasuk juga barang-barang milik para tamu," katanya.

Ia mengatakan, baru-baru ini, beberapa hari sebelum datang ke DPRD NTB, ada tiga unit motor yang hilang di Pantai Kuta. "Saya ini cinta Lombok dan cinta Kuta. Tetapi kenapa ini sering terjadi," katanya.

Begitu juga dengan Piere, WNA berkebangsaan Prancis, yang mengaku tingkat kejahatan di wilayah tersebut cukup tinggi, bahkan kawanan perampok tidak segan melukai korbannya.

"Jadi kedatangan kami di tempat ini untuk meminta anggota DPRD NTB bisa ikut membantu mencarikan solusi atas kejadian ini," ucapnya.

Ditambahkannya, sebenarnya pihaknya dan para pemilik dan pengelola hotel serta restoran yang ada di kawasan wisata Pantai Kuta sudah melaporkan kejadian tersebut ke polisi, bahkan ke Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah. Namun hal tersebut rupanya tidak pernah mendapat respon dan tanggapan.

Hal ini yang membuat dirinya dan para pengelola serta pemilik hotel yang ada di kawasan wisata Pantai Kuta mendatangi DPRD NTB agar mendapat tanggapan.

"Kami sudah melapor ke polisi dan bupati, tetapi justru semakin gawat. Padahal, bukan hanya kami yang dirampok, tetapi karyawan kami yang pulang pukul 23.00 WITA ikut dirampok dan diambil motornya," katanya.

Sementara itu, Ketua PHRI NTB I Gusti Lanang Patra meminta apa yang menimpa para pemilik dan pengelola hotel di kawasan wisata Pantai Kuta bisa secepatnya dihentikan. Sebab, jika tidak segera diatasi akan menimbulkan persoalan, karena masalah keamanan paling rentan dalam menjalankan investasi di bidang pariwisata.

Untuk itu, pihaknya meminta pemerintah daerah maupun aparat kepolisian agar menambah personelnya di kawasan Pantai Kuta, termasuk mengintensifkan patroli mulai dari pagi hingga malam hari.

Mendengar hal itu, sejumlah anggota DPRD NTB yang mengikuti pertemuan tersebut merasa terkejut atas peristiwa yang dialami para pelaku wisata di kawasan wisata Pantai Kuta tersebut.

Para anggota dewan berjanji akan menindaklanjuti seluruh keluhan para pengusaha dan pengelola hotel untuk disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dan Pemerintah Provinsi NTB agar dapat ditindaklanjuti dan mencari solusi atas persoalan tersebut, termasuk meminta jajaran Polda NTB mengambil tindakan tegas.

"Kita meminta agar ini segera diatasi, karena rentetan kejadian ini sudah mencoreng dan membuat pariwisata daerah ini malu," kata Wakil Ketua DPRD NTB Mori Hanafi saat menerima PHRI ditemani sejumlah anggota DPRD NTB dari daerah pemilihan Kabupaten Lombok Tengah.