Pontianak (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kalbar menjaga stabilitas harga pangan untuk mencegah inflasi menjelang Idul Fitri 1444 Hijriah. "Selama menjelang Idul Fitri, telur ayam ras dan daging ayam ras ini harus kita perhatikan, nah yang jadi masalah di sini adalah minyak goreng," katanya saat Rapat Koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalbar di Pontianak, Selasa (11/4).
Ia menambahkan produksi minyak goreng di Kalbar mencapai 6.000 ton per bulan, sedangkan pemakaian 800-900 ton per bulan. "Untuk minyak goreng, kita perlu mengetahui dahulu berapa kebutuhan kita. Hanya beberapa daerah yang mengalami kenaikan harga minyak goreng padahal tempat kita termasuk pusat produksinya," tuturnya.
Ia mengatakan satu di antara kabupaten di Kalbar yang tidak berpengaruh terhadap inflasi adalah Sintang, maka level inflasi Kalbar masih tergolong stabil. "Sintang itu tidak terlalu berpengaruh ke inflasi Kalbar karena Sintang termasuk daerah yang diukur, kalau yang masuk zona merah itu terjadi di Nunukan, Kalimantan Utara dan Paser, Kalimantan Timur, sedangkan Kalbar masih termasuk dalam level stabil," katanya.
Ia juga menekankan Kalbar harus mempertahankan level kestabilan inflasi agar jangan sampai di atas 0,5 persen. Untuk itu, Pemprov Kalbar berupaya mempertahankan komoditas yang masih stabil, seperti beras, dengan cara melakukan operasi pasar di beberapa kecamatan.
Sutarmidji mengatakan harga komoditas, seperti cabe cenderung turun, sedangkan komoditas yang menjadi penyumbang inflasi terbesar di Kalbar dan sulit dikendalikan adalah telur dan daging ayam ras.
"Telur itu sekarang kenaikannya sudah di harga Rp32 ribu, sedangkan bulan lalu masih Rp30 ribu. Kemudian selain telur, yaitu daging ayam ras, biasanya permintaan menjelang lebaran pasti meningkat dua kali lipat," katanya.
Pemprov Kalbar sudah menyediakan bantuan beras untuk sekitar 371 ribu KK dan diusahakan dalam bulan ini penerima sudah mendapatkan bantuan sebelum Lebaran. Di tempat yang sama, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalbar N.A. Anggini Sari mengatakan masing-masing kabupaten dan kota memiliki lima jumlah produksi komoditas unggulan yang akan dicatat sebagai potensi inflasi serta menjadi potensi kerjasama antardaerah, seperti unggas yang banyak diproduksi oleh Singkawang, Kubu Raya, Mempawah, Sambas, dan Sintang.
Baca juga: BI-TPID NTB memastikan harga bahan pokok mulai turun
Baca juga: BPS Bali minta TPID antisipasi peningkatan bahan pokok
"Untuk mencegah inflasi, kami merekomendasikan untuk yang jangka pendek sudah dilakukan kegiatan operasi pasar dan Gugus Penjaminan Mutu (GPM) baik oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) beberapa kabupaten dan kota. Namun, untuk jangka panjang kami juga mengusulkan untuk adanya inovasi dalam pengolahan padi cegah potensi terjadinya inflasi," kata dia.
Berita Terkait
Ini komentar Gubernur Kalbar, terkait Bupati Bengkayang terciduk OTT KPK
Rabu, 4 September 2019 15:45
TPID Bali perluas distribusi cadangan pangan
Senin, 4 November 2024 20:39
TPID pastikan harga pangan di Lombok Barat stabil jelang Maulid Nabi
Kamis, 12 September 2024 13:16
TPID Sumatera Utara studi tiru pengendalian inflasi di NTB
Jumat, 6 September 2024 20:27
Lombok Barat raih TPID Award 2024 sebagai Kabupaten Berkinerja Terbaik
Jumat, 14 Juni 2024 18:51
Pj Gubernur NTB terima penghargaan TPID Award dari Presiden
Jumat, 14 Juni 2024 17:13
Jokowi beri penghargaan untuk NTB dan Kota Mataram TPID terbaik Indonesia
Jumat, 14 Juni 2024 16:23
Kendalikan inflasi, TPID Mataram tetapkan strategi 4K
Kamis, 8 Februari 2024 17:41