Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, hingga saat ini menunggu kepastian dimulainya pembangunan fisik Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) modern di Kecamatan Sandubaya dengan anggaran Rp25 miliar bersumber dari bantuan pemerintah pusat.
"Kita berharap, pemerintah bisa segera memberikan kepastian untuk peletakan batu pertama TPST modern tersebut agar proyek bisa dilaksanakan sesuai kontrak," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Jumat.
Pernyataan itu disampaikan menyikapi ditundanya rencana peletakan batu pertama pembangunan TPST modern yang direncanakan 31 Agustus 2023.
Menurutnya, berbagai persyaratan dan proses di tingkat pemerintah pusat baik itu tender pengawas dan tender fisik sudah rampung. Tinggal menunggu jadwal pengerjaan fisik dari pemerintah pusat.
"Setelah ada pemenang tender, harusnya proyek sudah bisa dimulai. Tapi sampai saat ini belum ada informasi lebih lanjut," katanya.
Dikatakan, TPST modern di Sandubaya ditargetkan akan menjadi lokasi percontohan pengolahan sampah dengan teknologi modern di daerah ini.
Mataram dipercaya sebagai lokasi pembangunan TPST modern, proses pemilihan sampah di Mataram menjadi yang terbaik di NTB. Selain itu, karena keseriusan Pemerintah Kota Mataram dalam proses pemilihan sampah.
Pasalnya, lanjut Kemal, dengan menggunakan peralatan seadanya saat ini Kota Mataram sudah mampu mengurangi pembuangan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di atas 20 persen.
"Apalagi jika TPST modern Sandubaya rampung dibangun, maka ditargetkan 90 persen sampah di Kota Mataram sudah tertangani," katanya.
Sementara sisanya 10 persen merupakan residu yang sudah tidak bisa diolah salah satunya sampah bekas tempat tidur. Selain itu, Mataram masih buang sampah ke TPA untuk sampah sungai dan pantai karena termasuk sampah basah.
"Sedangkan sampah-sampah lainnya, sudah bisa kita olah baik menjadi pupuk kompos, pupuk cair, pakan maggot, untuk pelet bahan bakar, dan lainnya," katanya.
Alasan lain, tambah Kemal, Mataram terpilih menjadi lokasi percontohan karena di beberapa daerah yang sudah dilakukan uji coba tidak bisa berjalan sesuai perencanaan.
"Karena itu, kita harapkan jika TPST modern sudah beroperasi di Mataram, maka berbagai kegiatan pemilihan sampah bisa terus berjalan lebih maksimal," katanya.
TPST itu disebut modern karena pengolahan sampah dilakukan dengan pendekatan teknologi mulai dari penerimaan sampah masuk, mesin pembuka otomatis, mesin pemilahan otomatis dan peralatan lainnya serba otomatis sehingga petugas yang akan ditempatkan nantinya cukup sekitar 15 orang.
Baca juga: DLHK angkut 200 ton sampah plastik di kali Meulaboh
Baca juga: Pantai Tangtu Bali menjadi sasaran pembersihan oleh relawan PLN
"Sampah yang masuk sudah otomatis terpilah pada bak-bak yang disiapkan baik itu sampah organik maupun anorganik. Untuk organik akan jadi pakan maggot dan sebagian pupuk kompos," katanya.