Apakah skripsi mampu menunjang keterampilan dalam dunia kerja? Skripsi merupakan sebuah rangkaian panjang yang harus dilewati mahasiswa. Mulai dari mengajukan judul skripsi. Kemudian harus mengerjakan bab 1 hingga bab 3 yang biasa disebut dengan proposal. Selanjutnya, ada seminar proposal yang harus dilewati mahasiswa dan setelah itu baru melanjutkan ke bab 4 hingga bab 6.
Setelah semuanya selesai, mahasiswa harus melewati yang namanya ujian hasil yang dimana disana akan di uji hasil penelitian dan riset yang dilakukan. Namun, dalam prosesnya juga ada banyak hal yang harus dilewati.
Pertama, susahnya dalam bertemu dosen pendamping. Kemudian kurangnya fasilitas kampus untuk menunjang penelitian, terutama mereka yang ada di bidang sains. Selanjutnya mungkin yang paling menjadi tantangan mahasiswa adalah masalah mental. Banyaknya rangkaian yang harus dilalui mahasiswa tidak sedikit membuat mahasiswa stress ketika mereka mengerjakan skripsi. Sehingga beberapa dari mahasiswa ada yang bunuh diri akibat stress ketika mengerjakan skripsi.
Apakah semua rangkaian di atas akan berguna ketika memasuki dunia kerja? Menurutku hanya sedikit saja yang dipakai. Kebanyakan mahasiswa susah mendapatkan pekerjaan dikarenakan tidak memiliki keterampilan. Mari kita melihat kebelakang. Lama waktu yang dibutuhkan untuk menempuh dunia pendidikan di Indonesia sampai mendapatkan gelar sarjana adalah 16 tahun normalnya yang dimana mereka lebih banyak di isi dengan belajar teori saja.
Bayangkan anak-anak di Indonesia terbiasa dengan hal teoritis sehingga tidak jarang dari mereka susah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masalah ini akan ditambah dengan adanya skripsi sebagai kewajiban mahasiswa untuk lulus.
Bagaimana tidak? Skripsi menambah rangkaian pembelajaran yang lebih banyak mengedepankan teori daripada keterampilan. Keterampilan yang ada hanya berfokus pada pusat yang lebih kecil saja. Keadaan ini bisa menambah banyaknya mahasiswa yang kesusahan dalam menerapkan ilmu mereka ketika mereka sudah wisuda.
Mari kita berbicara data dan fakta. Menurut Badan Pusat Statistika, 3 tahun terakhir di Indonesia, pengangguran dengan lulusan Universitas itu lebih banyak dibandingkan pengangguran yang lulus Sekolah Dasar. Bahkan, jumlah pengangguran dari lulusan Universitas pada tahun 2022 yaitu sebanyak 673,49 ribu penganggur. Salah satu penyebabnya adalah tidak terampilnya mahasiswa ketika mereka di hadapkan pada sebuah pekerjaan.
Apakah Project Cukup?