Inovasi dalam pendidikan tinggi: mengganti skripsi dengan pendekatan pembelajaran aktif

id Skripsi,Skripsi Mataram,Skripsi di Mataram

Inovasi dalam pendidikan tinggi: mengganti skripsi dengan pendekatan pembelajaran aktif

Baiq Nike Syakila, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (*)

Mataram (ANTARA) - Saat ini ramai diperbincangkan inovasi terbaru dalam pendidikan tinggi dimana skripsi tidak lagi wajib sebagai syarat kelulusan bagi mahasiswa S1 atau D4. Faktanya, inovasi dalam pendidikan memiliki tujuan dalam membantu meningkatkan relevansi, efektifitas dan dampak pendidikan tinggi bagi mahasiswa dalam lingkup masyarakat.

Hal ini sangat penting dalam menghadapi perubahan yang cepat dalam lingkungan global dan meningkatkan kemampuan daya saing mahasiswa dalam pasar kerja. Tujuan dari skripsi sendiri adalah untuk menyediakan dan menyajikan hasil hasil temuan penelitian secara ilmiah yang memiliki potensi bagi pengembangan ilmu.

Namun, hal tersebut tidak dapat menjamin bahwa skripsi dapat dijadikan bentuk evaluasi akhir yang paling efektif. Hal ini memicu inovasi dan alternatif lain dalam dunia pendidikan dengan mengubah skripsi menjadi pendekatan pembelajaran aktif untuk menciptakan lingkungan yang lebih efektif, interaktif dan relevan bagi mahasiswa dan mempersiapkan lulusan dalam menghadapi dunia kerja yang dinamis.

Ada beberapa permasalahan dalam pendidikan tinggi terkait skripsi dan pendekatan pembelajaran aktif yang perlu diuraikan. Skripsi cenderung bersifat teoritis dan fokus pada penelitian independen. Ini dapat mengabaikan penerapan praktis pengetahuan yang diperoleh oleh mahasiswa dalam dunia nyata.

Skripsi sering kali tidak selaras dengan kebutuhan dunia kerja. Mahasiswa mungkin tidak memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan oleh industri, sehingga mereka tidak siap memasuki pasar kerja setelah lulus. Menyelesaikan skripsi bisa sangat melelahkan dan memakan waktu, kadang-kadang menyebabkan stres berlebihan pada mahasiswa.

Permasalahan yang dihadapi pendekatan pembelajaran aktif sendiri dikarenakan banyak lembaga pendidikan tinggi masih mengandalkan metode pengajaran tradisional yang kurang interaktif. Hal ini juga dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti: beberapa perguruan tinggi yang mungkin menghadapi kendala dalam hal sumber daya, teknologi, atau pelatihan staf yang diperlukan untuk mengimplementasikan pendekatan pembelajaran aktif dan karena beberapa dosen mungkin ragu-ragu atau tidak bersedia untuk meninggalkan metode pengajaran tradisional yang telah mereka gunakan selama bertahun-tahun.

Tidak semua mahasiswa siap atau bersedia terlibat dalam pembelajaran aktif. Beberapa mungkin membutuhkan dorongan tambahan untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Namun, faktor penghalang tadi harus dijadikan motivasi bagi tiap lembaga pendidikan untuk terus menginovasi sistem pendidikan di Indonesia. Setiap lembaga pendidikan juga memerlukan perubahan dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tuntutan tinggi masyarakat global terhadap kompetensi dari lulusan di era modern ini.

Konsep dan manfaat dari pendekatan pembelajaran aktif sendiri adalah untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal. Hal ini dikarenakan tuntutan dari strategi pendekatan pembelajaran aktif dalam keaktifan belajar peserta didik. Pendekatan pembelajaran aktif sendiri dapat diartikan sebagai suatu strategi mengajar yang menuntut keaktifan siswa secara optimal sehingga mampu mengubah karakter dan tingkah laku siswa lebih efektif dan efisien.

Untuk mencapai tujuan tersebut, instansi pendidikan Harus mempersiapkan perangkat yang digunakan dalam merencanakan program pembelajaran aktif. Pendidik juga harus memiliki kemampuan dan kompetensi dalam memahami kurikulum dan menguasai bahan pengajaran sehingga dapat menyusun program atau media pengajaran dan melaksanakannya.

Beberapa contoh metode pembelajaran aktif yang efektif diantaranya: PBL (Problem-Based Learning), Flipped Classroom, Cooperative Learning, Simulasi, Role-Playing, Jigsaw, Classroom, Portofolio Mahasiswa, Kolaborasi Online dan Laboratorium Praktis. Pemilihan metode pembelajaran aktif harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, konten kursus, dan preferensi mahasiswa. Kombinasi berbagai metode pembelajaran juga dapat meningkatkan efektivitas pengajaran. Kualitas pembelajaran bisa dikatakan baik apabila proses pembelajaran berpusat pada aktivitas peserta didik dan bukan berpusat pada guru . Guru sebaiknya bertindak sebagai fasilitator terhadap kegiatan belajar peserta didik.

Peran skripsi dalam pendidikan tinggi telah menjadi subjek perdebatan di antara para ahli pendidikan. Salah satu ahli, Dr. Drew C. Appleby, seorang psikolog pendidikan, berpendapat bahwa skripsi mempersiapkan mahasiswa untuk tantangan di dunia kerja dan studi lanjut. Ini membantu mereka memahami proses penelitian, analisis data, dan komunikasi ilmiah, yang sangat berguna dalam berbagai bidang.

Meskipun skripsi memiliki peran yang penting dalam pendidikan tinggi, beberapa lembaga dan ahli pendidikan juga merenungkan alternatif yang lebih relevan dan bermanfaat bagi mahasiswa, terutama dalam konteks pendekatan pembelajaran aktif yang lebih berfokus pada penerapan praktis pengetahuan. Faktanya, para ahli juga mencatat bahwa pendekatan pembelajaran aktif dan proyek- proyek praktis dapat memberikan pengalaman yang lebih bermanfaat bagi mahasiswa. Oleh karena itu, inovasi dan refleksi terus menerus diperlukan dalam merancang metode evaluasi akhir yang lebih relevan dan efektif untuk mahasiswa.