Mataram (Antara NTB) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika mencoba mengadopsi moda transportasi massal yang dilakukan Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, untuk membenahi sarana dan prasarana transportasi publik di daerah itu.
Sekretaris Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dinashubkominfo) Provinsi NTB Ary Purwantini, mengatakan NTB ingin banyak belajar dari kota Batam, dalam mengelola moda transportasi publik.
Pemerintah Provinsi NTB telah meluncurkan pengoperasian 25 unit Bus Rapid Transit (BRT) berkapasitas 70 orang penumpang melayani empat koridor meliputi wilayah Kota Mataram dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat.
"Seperti kita tahu, pengembangan transportasi di wilayah barat jauh lebih maju di banding di daerah timur, makanya NTB perlu belajar banyak untuk mengelola transportasi, salah satunya di kota Batam," katanya saat berkunjung ke Dinas Perhubungan Kota Batam, bersama sejumlah media 4-7 Desember 2016.
Menurutnya, kehadiran BRT di Mataram tidak hanya untuk mengurangi kemacetan. Tetapi mengurangi jumlah korban akibat kecelakaan lalu lintas. Terlebih lagi, persoalan di NTB khususnya Kota Mataram, hingga saat ini masih sedikit masyarakat memanfaatkan transportasi publik. Mengingat sebagian besar masyarakat di NTB lebih menyukai menggunakan kendaraan pribadi.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Batam, H Zulhendri mengatakan, Batam sendiri menerapkan penggunaan transportasi publik sejak tahun 2013. Mengingat Kota Batam dikenal sebagai daerah kawasan industri yang sangat membutuhkan adanya transportasi publik.
Ia menjelaskan, di Kota Batam banyak pendatang sehingga memicu terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan pengangguran. Akibatnya, sarana dan prasarana dasar perkotaan khususnya tarnsportasi umum tidak memadai.
Atas dasar pertimbangan tersebut, salah satu alasan diterapkannya transportasi umum untuk menjawab perkembangan Kota Batam.
"Kita tahu meski ojek dan taksi sudah ada, tetapi itu saja belum cukup. Makanya harus ada transportasi yang kita siapkan," katanya.
Menurut Zulhendri, keberadaan transportasi publik sangat dirasakan manfaatnya. Apabila itu tidak ada, bisa jadi Kota Batam akan menjadi kota termacet kedua di Indonesia, setelah Jakarta.
Menyadari kebutuhan tersebut, Batam perlu melakukan pengembangan transportasi kota dengan menjadikan bus Trans Batam sebagai sentral transportasi publik.
"Tapi tentu yang teratur, tepat waktu, aman dan nyaman bagi semua lapisan masyarakat Batam," terangnya.
Kendati demikian, sambungnya, tidak mudah mendorong masyarakat menggunakan transportasi umum. Pemkot Batam sendiri membutuhkan waktu cukup lama. Namun salah satu cara penting untuk memancing masyarakat menggunakan transportasi yaitu memastikan pelayanan terbaik.
"Dengan pelayanan terbaik dan terus meningkatkan kualitas agar aman dan nyaman, maka secara lansung akan memikat hati masyarakat," imbuhnya.
Kondisi halte sebagai tempat masyarakat menunggu harus tidak jauh dari rumah penduduk, biar lebih memudahkan. Selain itu, tarif transportasi umum juga tidak boleh memberatkan masyarakat. (*)