Jakarta (ANTARA) -
"Dolar AS menguat terhadap mata uang G-10, didorong oleh data pasar tenaga kerja yang lebih baik dari perkiraan," ujarnya.
NFP AS pada Januari 2024 tercatat naik menjadi 353 ribu dari 333 ribu pada bulan sebelumnya, lebih tinggi dari perkiraan 185 ribu dan mencatat angka tertinggi sejak Januari 2023.
Sementara itu tingkat pengangguran AS pada Januari 2024 berada tetap di level 3,7 persen, dan meleset dari perkiraan 3,8 persen.
Kedua indikator tersebut mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat, sehingga menurunkan kemungkinan bank sentral AS atau The Fed untuk segera menurunkan suku bunga kebijakannya.
Sentimen tersebut mendorong kenaikan imbal hasil atau yield surat utang AS atau US Treasury (UST) dan dolar AS. Indeks dolar AS meningkat 0,85 persen, dan yield UST 10 tahun naik 14 basis poin (bps) menjadi 4,02 persen pada Jumat (2/2).
Di sisi lain, optimisme terhadap kondisi perekonomian AS mendorong peningkatan pasar saham AS dan bahkan mengimbangi kekhawatiran atas risiko suku bunga kebijakan tinggi untuk waktu lama (higher-for-longer) dari The Fed.
Dengan mempertimbangkan penguatan dolar AS dan rilis data PDB Indonesia, rupiah diproyeksikan akan berada di rentang Rp15.675 per dolar AS sampai dengan Rp15.800 per dolar AS.