Sebanyak 60 siswa belajar menjadi arkeolog cilik di Museum NTB

id arkeolog cilik,museum ntb,penelitian arkeologi,belajar sejarah,nusa tenggara barat

Sebanyak 60 siswa belajar menjadi arkeolog cilik di Museum NTB

Sejumlah siswa melakukan ekskavasi untuk mengungkap artefak yang terkubur dalam program bertajuk Belajar Bersama Arkeolog Cilik 2025 di Museum NTB, Mataram, Selasa (22/4/2025). (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Mataram (ANTARA) - Sebanyak 60 siswa dari 20 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa menjadi arkeolog cilik selama sehari di Museum Negeri Nusa Tenggara Barat (NTB).

Mereka dibekali sutil dan kuas, perlahan mulai menyingkap misteri sejarah dan budaya yang terkubur dalam 12 kotak ekskavasi pasir. Setiap kotak ekskavasi dikerjakan oleh lima siswa dari sekolah berbeda.

"Acara itu memberikan gambaran kepada kami bagaimana pekerjaan para arkeolog di lapangan," kata Syifa Tri Aurelia yang duduk di kelas 12 SMP Negeri 1 Sumbawa Besar saat ditemui di Museum NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa.

Syifa bersama timnya menemukan dua benda berupa arca Ganesha dan bagian bangunan. Kotak ekskavasi yang mereka gali merupakan bagian dari peradaban Hindu-Budha.

Baca juga: Lomba cerdas cermat dan arkeolog cilik digelar di Museum NTB

Program Belajar Bersama Arkeolog Cilik 2025 Museum NTB mengajarkan kepada para siswa untuk bekerja sama sejak dini. Tradisi komunal atau bekerja sama yang selalu dilakukan oleh Bangsa Indonesia merupakan warisan dari para leluhur.

Selain menemukan artefak peradaban Hindu-Budha, para arkeolog cilik itu juga menemukan miniatur tengkorak manusia, perhiasan, fragmen tembikar, hingga kerang laut.

Setiap temuan artefak menandakan pernah ada peradaban manusia yang menempati kawasan tersebut. Temuan tengkorak dan perhiasan sering dijumpai para arkeolog saat melakukan penggalian terhadap situs pemakaman kuno.

Sedangkan penemuan cangkang hewan laut dalam sebuah proyek ekskavasi merupakan informasi berharga tentang bukti kehidupan manusia purba, sumber makanan, hingga bahan baku perkakas maupun perhiasan.

Baca juga: Museum NTB jalin kerja sama peningkatan kapasitas SDM dengan MAGNT Darwin

Kepala Museum NTB Ahmad Nuralam menuturkan program Belajar Bersama Arkeolog Cilik memberikan warna kepada masyarakat bahwa museum merupakan tempat belajar yang asyik dan menyenangkan.

"Cara mengetahui apa yang terjadi di masa lalu adalah dengan melakukan penelitian... Hal itulah yang ingin ditampilkan Museum NTB agar siswa mampu membangun kemampuan bekerja sama," ujar Nuralam.

Program Belajar Bersama Arkeolog Cilik 2025 merupakan kegiatan kali ketiga yang digelar oleh Museum NTB. Pada 2024, kegiatan serupa melibatkan siswa sekolah dasar dari berbagai sekolah di Pulau Lombok.

Adapun peserta tahun ini siswa SMP dari Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Mereka merupakan peserta Lomba Cerdas Cermat Museum (LCCM) yang digelar oleh Museum NTB guna membangun generasi muda yang cerdas, berbudaya, dan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat.

Dosen Arkeologi Universitas Udayana Iwan Kristiawan mengatakan Program Belajar Bersama Arkeolog Cilik adalah langkah yang luar biasa untuk mengetahui substansi kebudayaan dalam bentuk artefak arkeologi lebih awal.

Baca juga: Museum Negeri NTB kaji pembentukan museum tematik

Menurutnya, arkeolog cilik memberikan bekal ketika mereka ingin berjalar tentang fakta dari hasil pengungkapan sejarah.

"Arkeologi bicara tentang fakta dan fakta digunakan untuk banyak mengklarifikasi sejarah. Jadi, salah satu yang penting kita pelajari di dunia ini adalah fakta sejarah," kata Iwan.

Lebih lanjut dia menyampaikan Indonesia merupakan negara yang memiliki sejarah panjang pertemuan berbagai peradaban manusia, sehingga memungkinkan ada banyak artefak sejarah yang belum terungkap ke publik.

Keterbatasan jumlah arkeolog di Indonesia karena satu arkeolog bisa menangani 100 situs memberikan peluang bagi generasi muda untuk menekuni profesi arkeolog pada masa mendatang.

Baca juga: Kepala Museum NTB beri masukan ke tim transisi Gubernur terpilih Iqbal