Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan BPJS Kesehatan berupaya memperluas akses produk obat terapi lanjutan (ATMP) ke daerah-daerah guna meningkatkan layanan kesehatan di Tanah Air.
"Tujuan kita sama. Kita ingin agar akses seluruh layanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia Itu mudah aksesnya, tinggi mutunya, dan terjangkau harganya," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Senin.
Dia menyebutkan, ketiganya berkolaborasi dalam menyusun dan mensinergikan regulasi agar obat-obatan berbasis biologi seperti stem cell, sekretom, agar alat-alat dan terapi modern dapat diakses di 514 kabupaten dan kota.
Dia menyebutkan bahwa pengobatan berbasis sel berkembang di seluruh dunia, terdiri dari berbagai jenis mulai dari terapi sel, tissue engineering, imunoterapi, hingga terapi gen.
Kemenkes bersama BPOM bekerja sama guna memastikan adanya keseimbangan, agar obat-obatan yang baru tersebut tidak dihadang, namun juga tidak membiarkan obat-obatan baru yang belum teruji masuk dengan bebasnya.
Baca juga: Indonesia takes three key steps to tackle cesium-137 contamination
"Di sisi lain kita juga ingin memastikan agar jangan obat-obatan yang baru masa percobaan itu sudah langsung diterapkan dan charge masyarakat dengan biaya yang sangat tinggi," kata Budi.
Adapun terapi-terapi tersebut, katanya, diprioritaskan untuk menangani penyakit-penyakit dengan penderita dan korban jiwa terbanyak di Indonesia, contohnya stroke, sakit jantung, kanker, sakit ginjal, serta untuk menekan kematian ibu dan anak.
Baca juga: BBPOM Mataram temukan 259 pranala obat dan makanan ilegal
Oleh karena itu, pihaknya berupaya untuk menyediakan akses terhadap layanan kesehatan serta ketersediaan dokternya, BPOM untuk mengawasi perihal obat-obatan tersebut, sementara BPJS Kesehatan menyediakan aksesnya secara finansial.
Dalam kesempatan itu, Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan bahwa pihaknya membantu membiayai pengobatan ATMP.
"Sepanjang sesuai dengan indikasi medis, sesuai dengan prosedur dan telah terbukti dengan teknologi assessment itu evidence-based gitu dan masuk, nah tentu akan dibiayai," katanya.
Supaya biayanya cukup, katanya, penting untuk menyadarkan masyarakat bahwa kesehatan itu mahal, agar semuanya bergotong royong untuk saling membantu dalam meningkatkan kesehatan publik.
