Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi logistik kawasan Asia Tenggara, Kargo Technologies menargetkan dapat mengoperasikan kendaraan logistik berbasis listrik atau electric vehicle (EV) yang mencakup mobil maupun motor mencapai 500 unit EV di Indonesia pada 2025 dan 2.500 unit EV pada 2026.
Target ini menjadi visi jangka panjang perseroan untuk melakukan elektrifikasi penuh terhadap armada logistik dengan target 40.000 unit EV di Indonesia pada 2035.
"Kendaraan listrik memungkinkan kita melihat logistik bukan sekadar aktivitas pemindahan barang, tetapi sebagai sebuah sistem terintegrasi yang dapat dianalisis, diukur, dan terus ditingkatkan," ujar CEO dan Founder Kargo Technologies Tiger Fang dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Tiger menjelaskan inisiatif ini dalam rangka mempercepat transisi menuju rantai pasok hijau di Indonesia, serta membangun fondasi electrified silk road yaitu sebuah jaringan logistik berbasis kecerdasan buatan (AI) yang menghubungkan Asia Tenggara, China, dan Timur Tengah.
Selain itu, upaya ini juga membuka fase baru dalam strategi perseroan untuk merespons meningkatnya kebutuhan terhadap layanan logistik yang lebih bersih, efisien, serta terintegrasi secara digital.
"Program elektrifikasi mencerminkan ambisi perseroan untuk berada di garis depan dalam penggunaan truk listrik, sekaligus memodernisasi tulang punggung transportasi, yang selama ini menjadi penopang utama perdagangan domestik maupun lintas batas," ujar Tiger.
Saat ini, perseroan telah bekerja sama dengan sejumlah pelanggan besar, di antaranya SPX, Astro, Teleport, dan Moden, untuk mulai mengalihkan sebagian jaringan logistik mereka ke armada listrik, sejalan dengan roadmap elektrifikasi 2035 perusahaan.
Baca juga: Bandara Lombok-NTB siapkan pemeriksaan fisik terpadu pengiriman kargo
"Seiring ekspansi armada, transisi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja emisi, menekan biaya operasional, dan memperkuat keandalan pengiriman," ujar Tiger.
Untuk mempercepat adopsi EV di sektor logistik, Tiger menjelaskan perseroan memperkenalkan program kemitraan khusus bagi para shipper dan klien korporasi, yang mana perusahaan yang mengadopsi EV akan memperoleh berbagai keunggulan dibandingkan armada konvensional.
"Dengan mengintegrasikan data EV ke dalam platform Kargo Nexus, shipper memperoleh visibilitas operasional yang transparan dan real-time, menjawab tantangan efisiensi yang dihadapi organisasi logistik dari berbagai skala," ujar Tiger.
Untuk memastikan ketersediaan pasokan EV dan mendukung industri nasional, perseroan telah menandatangani MoU dengan beberapa merek kendaraan listrik komersial, termasuk Foton, JAC, Wuling, dan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR).
Baca juga: Bandara Ngurah Rai Bali miliki peluang jadi hub kargo
Melalui dukungan lembaga perbankan global seperti HSBC dan mitra pembiayaan seperti Indomobil Finance dan Chailease, perseroan menyediakan skema pembiayaan terstruktur untuk armada EV, memungkinkan pengadaan aset EV yang telah dikomitmenkan dan menciptakan model pengembangan aset yang dapat diskalakan di masa depan.
"Bagi mitra logistik dan transportasi, perseroan menawarkan skema sewa, pembiayaan, dan pengadaan armada yang fleksibel, yang dirancang untuk memudahkan transisi bertahap menuju armada listrik melalui struktur pembiayaan yang lebih adaptif," ujar Tiger.
Dalam kesempatan ini, Duta Besar RI untuk Republik Rakyat China Djauhari Oratmangun melihat adanya gelombang baru investasi China ke Indonesia, tidak hanya di sektor tradisional namun juga di sektor manufaktur EV, baterai, serta logistik digital.
"Kolaborasi ini mendukung transisi energi Indonesia, menciptakan lapangan kerja berkualitas, dan memposisikan negara kita sebagai mitra kunci dalam membangun jalur perdagangan yang lebih bersih dan efisien antara China dan Asia Tenggara," ujar Djauhari.
