Oleh Masnun
Pantai yang bersih disertai hamparan pasir putih dan taman laut yang indah menambah daya tarik obyek wisata Gili (pulau kecil) Terawangan di Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Namun bukan itu saja, yang menjadi daya tarik di obyek wisata bahari yang mulai dikenal wisatawan mancanegara maupun nusantara sejak tahun 1970-an ini, tetapi juga para wisatawan juga bisa menikmati makanan khas yang unik, karena piringnya bisa dimakan.
Jenis makanan tradisional itu adalah 'opak-opak', sejenis makanan tradisional yang terbuat dari bahan baku kanji ubi kayu yang bisa dimakan dengan 'pelecing kangkung', urap, pecel dan sate ayam atau daging sampi.
Makanan tradisional opak-opak tersebut bisa dijadikan obyek wisata kuliner, karena ternyata selain wistawan domestik turis mancanegara juga cukup menggemari jenis makanan khas yang hanya bisa ditemukan di Kabupaten Lombok Utara itu.
Di obyek wisata yang ramai dikunjungi wistawan mancanegara maupun nusantara ini selain bisa ditemukan makanan khas barat, seperti burger, hotdog dan pizza, juga makanan tradisional yang bahan baku utamanya dari ubi kayu.
Penjual Opak-opak di obyek wisata Gili Terawangan, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Sutarsih (40) mengaku memiliki cukup banyak langganan turis, antara lain asal Amerika, Australia dan Korea Selatan.
Harga opak yang dijual kepada turis Rp12.000 berbeda dengan untuk masyarakat lokal, seharga Rp7.000 per porsi dan umumnya wisatawan asing menggemari opak bercampur sate atau urap.
"Sebagian turis menyenangani opak yang berbumbu pedas dan ada juga yang tanpa sambal, jadi saya melayani tergantung dari selera mereka," ujar pedagang opak-opak asal Karang Nangka, Desa Tanjung, Kecamatan Tanjung itu.
Sutarsih berjualan di jalan pinggir pantai Gili Terawangan mulai pukul 17.00 Wita hingga pukul 20.00 Wita dan kalau ramai hasilnya mencapai Rp300.000 dan pada saat sepi turis sekitar Rp200.000 per malam.
Pedagang opak-opak yang sudah 10 tahun berjualan di Gili Terawangan ini terjadi bisa menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi dari hasil berjualan di obyek wisata Gili Terawangan tersebut, suaminya sendiri tidak bekerja, karena menderita suatu penyakit sejak sepuluh tahun lalu.
Opak-opak yang dijualnya tidak dibuat sendiri, tetapi dibeli yang sudah dipanggang dari para pembuat opak-opak di Kecamatan Pemenang dengan harga Rp1.000 per buah.
Selain turis yang banyak membeli opak-opak adalah wisatawan domestik, antara lain dari Jakarta, mereka merasa heran karena selain berfungsi sebagai piring sekaligus bisa dimakan.
"Ada langganan saya sepasang suami istri dari Jakarta yang merasa aneh melihat opak-opak, karena selain berfungsi sebagai piring juga bisa dimakan, suami istri itu sempat membuat teki-teki, piring apa yang bisa dimakan," katanya.
Para kayawan hotel di Gili Terawangan juga banyak yang membeli opak-opak dan mereka menyenangani opak bercampur pelecing dan lontong.
Cara membuat opak-opak hanya menggunakan bahan baku ubi kayu yang dikupas kemudian diparut, kemudian diperas untuk mendapatkan sejenis tepung basah berbentuk kanji.
Bahan yang berbentuk kanji itu kemudian sejenis kerupuk berbentuk bundar menyerupai piring yang selanjutnya dijemur hingga kering.
Opak-opak yang sudah kering kemudian dipanggang di atas api dan selanjutnya siap dinikamti bersama pelecing kangkung, pecel, urap, sate ayam atau daging.
Opak-opak dihidangkan dengan cara menaruh pelecing kangkung, pecel atau urap di atasnya dan agar tidak bocor biasanya menggunakan dua buah.
Para wisatasan menikmati opak-opak sambil duduk-duduk di pinggir pantai sambil menunggu sunset di pantai Gili Terawangan yang dikenal bersih dan bebas polusi.
Gili Terawangan merupakan salah satu dari tiga gili, yakni Gili Meno dan Gili Air yang hingga kini hanya menggunakan alat transportasi non mesin, seperti 'cidomo' (sejenis kereta kuda) dan sepeda dayung.
Pulau kecil ini bisa ditempuh dengan perahu motor atau speetboat dari Pelabuhan Bangsal di Pemenang dengan ongkos Rp10.000 per orang dan kalau menggunakan carteran tarifnya Rp290.000.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki obyek wisata di NTB termasuk Gili Terawangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) NTB menyatakan optimis mampu merealisasikan target kunjungan wistawan sebanyak 600.000 orang tahun 2008.
Optimis
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, Lalu Gita Aryadi menyatakan optimis mampu mencapai target kunjungan 600.000 orang wisatawan ke daerah ini tahun 2008 sehubungan dengan semakin ramainya kunjungan turis menjelang akhir tahun ini.
"Kami optimis mampu menyukseskan Visit Indonesia Year (VIY) 2008 dengan target kunjungan wisatawan sebanyak 600.000 orang, karena wisatawan yang berkunjung ke NTB akhir-akhir ini semakin ramai," ujarnya.
Dia mengatakan, untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke NTB diperlukan dukungan masyarakat terutama dalam menciptakan situasi keamanan yang kondusif, karena masalah keamanan sangat menentukan dalam industri pariwisata.
Selain itu mengembangkan obyek wisata yang ada termasuk kekayaan kuliner yang juga bisa dijadikan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) NTB setiap bulan, selama tujuh bulan terakhir, angka kunjungan wisatawan ke NTB rata-rata mencapai 14.650 orang.
Wisatawan tersebut lebih banyak wisatawan nusantara (wisnu), yakni sebanyak 11.170 orang, sementara wisman 3.470 orang dengan rata-rata lama menginap pada bulan Juli 2008 selama 2,98 hari, meningkat 0,25 hari dibanding sebulan sebelumnya.
Menurut data, pada Juli 2008, angka kunjungan wisatawan mencapai 18.625 orang atau mengalami peningkatan 13,31 persen dibanding sebulan sebelumnya sebanyak 16.437 orang.
Namun bila dibandingkan kunjungan wisatawan pada bulan Juli 2007 sebanyak 19.620 orang, mengalami penurunan karena lebih rendah 5,07 persen. (*)