BI PRIHATIN BUNGA PINJAMAN INDOFOOD TERLALU TINGGI

id

     Mataram, 3/11 (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan prihatin atas bunga pinjaman modal yang diberikan PT Indofood selaku bapak angkat petani kentang di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur terlalu tinggi, sehingga cukup memberatkan.

     Pemimpin BI Mataram, Tri Dharma kepada wartawan di Mataram, Selasa, mengatakan, pihak PT Indofood menetapkan bunga empat persen per bulan atau 48 persen per tahun terhadap pinjaman modal usaha yang diberikan kepada petani kentang atlantik di Sembalun, ini terlalu tinggi dibandingkan dengan bunga bank pada umumnya paling tinggi dua persen.

     "Selama ini, para petani mengalami kesulitan permodalan, di empat desa yang merupakan wilayah Kecamatan Sembalun hingga kini tidak ada aktivitas perbankan, sehingga mereka terpaksa menerima pinjaman yang bunganya terlalu tinggi dari PT Indofood yang menjadi bapak angkat dan membeli produksi kentang petani," katanya.

     Karena itu, Tri mengimbau perbankan di daerah ini untuk membuka kantor pelayanan di Kecamatan Sembalun agar para petani bisa lebih mudah mendapatkan modal usaha yang bunganya tidak terlalu tinggi, perputaran uang di wilayah ini cukup besar terutama pada musim panen kentang dan komoditas lainnya.

     "Jika belum bisa membuka kantor pelayanan di, untuk melayani pemberian kredit permodalan dan menghimpun dana petani di Kecamatan Sembalun tersebut, minimal bank bisa membuka pelayanan kas keliling," katanya.

      Menurut Tri, secara ekonomis pembukaan kantor bank di Sembalun cukup potensial, karena peredaran uang khususnya pada saat panen kentang mencapai Rp8,55 miliar lebih per tiga bulan dengan perhitungan produksi kentang sebanyak 3.000 ton per satu kali panen dengan harga jual Rp2.850 per kilogram, belum dihitung uang hasil penjualan komoditi lain," katanya.

       Ia mengatakan, pada saat musim tanam petani membutuhkan modal cukup besar dan ketika panen mereka memiliki dana cukup banyak, dalam hal ini diperlukan bantuan perbankan untuk memberikan pinjaman modal dan menghimpun dana dalam bentuk tabungan," katanya.

       Dengan adanya bank, para tani tidak menyimpan uang hasil penjualan kantang yang jumlahnya mencapai ratusan juta rupiah di bawah bantal dan tidak mengalami kesulitan mendapatkan modal usaha dengan bunga rendah pada saat musim tanam.

       "Saya mendapat informasi dari seorang  petani bahwa ia terpaksa menyimpan uang mencapai Rp700 juta dari hasil penjualan kentang sejumlah petani lainnya karena hingga kini tidak ada bank di Sembalun tempat menyimpan uang tersebut," katanya.

        Tri menyatakan yakin pembukaan kantor bank di Sembalun akan cukup menguntungkan pihak perbankkan sendiri dan petani.

        Menurut Tri, kalau alasannya sebagian besar petani belum memiliki sertifikat sebagai agunan, ini bisa diatasi dengan membuat sertifikat secara masal dengan bantuan Badan Pertanahan Nasional (BPN) melalui program Sertifikasi Massal Swadaya (SMS).(*)