Semarang (ANTARA) - Kementerian Pemuda dan Olahraga RI dengan PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia sudah melakukan koordinasi singkat terkait atlet atletik remaja yang berprestasi dalam ASEAN Schools Games untuk dilibatkan dalam SEA Games XXX di Filipina.
Rencana itu juga sebagai cara untuk menjaga performa puncak atlet-atlet muda usai bertanding di ASG 2019 agar tidak menurun dan sebagai pembibitan untuk menggantikan atlet-atlet yang senior kelak.
"Kebetulan anak-anak ini separuhnya kelahiran tahun 2002, nanti masih bisa ikut ke Filipina. Kami sudah ditelfon PASI untuk sinkronisasi kelanjutan pembinaan antara Kemenpora melalui PPLP-SKO dan PB PASI melalui pelatnas," kata manajer tim atletik Indonesia Surono saat ditemui di Semarang, Selasa.
Dengan sinkronisasi pelatihan dan persiapan dari kedua lembaga ini, diharapkan kualitas para atlet bisa lebih tinggi sehingga tidak ada lagi istilah "jago kandang" bagi tim atletik Indonesia.
Persiapan sinkronisasi pelatihan ini rencananya akan dilaksanakan usai Kejuaraan Nasional Atletik di Bogor bulan depan, dengan memasukkan pelatihan SDM yang berkualitas, terutama juga untuk pelatih.
"Dengan sinkronisasi pelatihan ini harapannya di Filipina bisa dapat 11 medali emas juga," ujar Surono.
Dalam gelaran ASG 2019, tim atletik Indonesia berhasil membukukan perolehan 11 medali emas, tujuh perak, dan empat perunggu.
Menyikapi hal ini, Ketua Kontingen Indonesia Yayan Rubaeni mengaku terkejut dengan perolehan medali emas dari tim atletik yang melebihi target dari delapan emas.
"Di hari terakhir dapat empat emas, itu sungguh mengejutkan karena ternyata melampaui target. Khusus untuk atletik saya sangat mengapresiasi kepada manajer, pelatih, dan anak-anak," kata Yayan.
Ia mengaku kagum dengan semangat juang tim atletik yang meski pun sudah mengisi target delapan emas namun masih bisa berjuang dengan sengit di hari terakhir perlombaan.