PEMIMPIN KUDETA NIGER TAK DIKENAL RAKYAT

id



Niamey (ANTARA/AFP) - Salou Djibo, pemimpin kudeta yang menggulingkan presiden Niger, Mamadou Tandja, adalah seorang mayor angkatan darat yang benar-benar tidak dikenal rakyat negara Afrika barat yang masih terbelakang tapi kaya-uranium itu.

Lahir pada 1965, pemimpin Dewan Tertinggi untuk Pemulihan Demokrasi itu -- sebagaimana junta tersebut menyebut dirinya -- telah menerima latihan militer di Pantai Gading, China dan Maroko.

Dididik di Namaro, sebuah desa di dekat Sungai Niger di bagian barat negara itu, Djibo -- komandan kompi dukungan Niamey, yang diperlengkapi dengan senjata berat dan kendaraan lapis baja -- datang sebagai pribadi yang tenang.

"Ia sangat metodis dan seorang pria yang mempercayai apa yang dikatakannya," kata seorang temannya di kompi dukungan, salah satu unit militer terbesar di ibukota Niger, Niamey, yang telah Djibo pimpin selama lima tahun.

Untuk melakukan kudeta itu, Djibo mengajak bersama sekitar 15 rekan perwiranya, beberapa dari mereka dekat dengan kepala negara yang dijatuhkan. Beberapa dari para perwira itu memimpin unit-unit militer di ibukota dan mengambil bagian dalam kudeta sebelumnya pada 1996 dan 1999.

Mereka itu termasuk Kolonel Djibrilla Hamidou Hima, komandan Zona Pertahanan Militer Nomer 1 yang berpengaruh, yang meliputi beberapa bagian barat Niger termasuk Niamey, Tillaberi dan Dosso. Diberi nama panggilan Pele karena kecintaannya pada sepakbola, Hima juga ketua federasi sepakbola nasional Niger.

Ia di tempat kedua dalam junta yang dipimpin oleh Mayor Daouda Malam Wanke yang menjatuhkan presiden ketika itu Ibrahim Bare Mainassara pada April 1999, sebelum pemilihan presiden yang dimenangkan oleh Tandja.

Tokoh penting lainnya di Dewan Tertinggi adalah Mayor Abdoulaye Adamou Harouna, anak laki-laki seorang bekas perwira dalam junta yang dipimpin oleh Jenderal Seini Kountche, dalang kudeta pertama di Niger April 1974.

Pembantu Djibo lainnya termasuk Kolonel Abdoulaye Sanda, prajurit pasukan payung dan bekas pembantu Mainassara, Jenderal Abdou Kaza, bekas pembantu Tandja dan Kolonel Wali Karingama, bekas kepala pengawal presiden itu.
(*)