RATUSAN ORANG MEMPROTES KUNJUNGAN HILLARY CLINTON DI TUNIS

id



Tunis (ANTARA) - Ratusan warga Tunisia, termasuk pengikut Islam garis keras, berpawai melewati Tunis pusat Kamis untuk memprotes kunjungan Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton, tapi tak ada insiden dilaporkan.

Itu adalah demonstrasi ketiga dalam tiga hari terhadap Hillary Clinton, yang sebelumnya Kamis telah mengadakan pembicaraan dengan presiden sementara Foued Mebazaa, yang menggantikan pemimpin terguling Zine El Abidine Ben Ali, demikian AFP melaporkan.

Para demonstran menyanyikan "Hillary Clinton, anda tidak disambut baik, keluar", "Tidak ada kolonisasi setelah revolusi" atau "Tidak untuk pengawasan AS di wilayah Islam", ketika memperingatkan terhadap campurtangan AS di negara tetangganya Libya yang sedang dilanda pemberontakan.

"Ia datang sebelum pemilihan yang akan datang untuk menerapkan strategi AS di Tunisia. Tapi mimpi. Kami telah menurunkan seorang diktator dan kami juga tahu bagaimana melindungi negara kami," kata Naziha Bahri yang berusia 60 tahun.

Pemerintah sementara baru telah menjadwalkan pemilihan pada pertengahan Juli mendatang.

Sementara itu, kelompok lainnya yang terdiri atas 30-50 demonstran membakar sebuh foto pemimpin diplomat AS itu di luar kementerian luar negeri dan menyanyikan slogan-slogan antiAS.

Sejumlah polisi dan tentara angkatan darat dikerahkan di tempat itu.

Sebelumnya, Hillary berjanji untuk membantu Tunisia menciptakan pekerjaan dan melakukan pembaruan guna menjaga momentum di belakang pergolakan yang menggulingkan Ben Ali dua bulan lalu.

Ia menyatakan konferensi donor internasional akan membantu memusatkan pikiran pada kebutuhan Tunisia.

Para pejabat pemerintan baru dan tokoh lain Tunisia mengerti "kita memerlukan rencana untuk pembangunan ekonomi, untuk pekerjaan", kata Hillary Clinton pada wartawan dalam lawatan ke kantor Bulan Sabit Merah Tunisia.

Selain dengan Mebazaa, Hillary juga akan mengadakan pembicaraan dengan Menlu Mouldi Kefi dan perdana menteri sementara Beji Caid Essebsi. Dan kunjungannya akan mencakup pertemuan dengan orang-orang muda yang telah mengambil bagian dalam demonstrasi massa di negara itu. (*)