Disperkim mendata rumah terdampak geratan tiang pancang Rusunawa Bintaro

id rusunawa,bintaro,mataram

Disperkim mendata rumah terdampak geratan tiang pancang Rusunawa Bintaro

Dokumen: proses penancapkan tiang pancang fondasi pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) nelayan di Kelurahan Bintaro, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Senin (10/5-2021). (FOTO ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mendata rumah yang terdampak getaran pemasangan ratusan tiang pancang rumah susun sederhana sewa (rusunawa) nelayan Bintaro.

"Kami sudah meminta kepala lingkungan setempat mendata dan menampung keluhan masyarakat sekitar pembangunan rusunawa nelayan yang terdampak getaran dari pemasangan tiang pancang untuk ditindaklanjuti," kata Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Rabu.

Pernyataan itu disampaikan menyikapi banyaknya keluhan getaran, rumah retak bahkan rusak dari warga sekitar proyek pembangunan rusunawa nelayan yang mulai dikerjakan pada 10 Mei 2021, dengan pemasangan 486 tiang pancang dengan kedalaman 18 meter sehingga warga meminta kompensasi.

Menurutnya, proses pemasangan ratusan tiang panjang rusunawa itu ditargetkan rampung sebelum tanggal 5 Juni 2021, sehingga setelah itu tidak ada lagi aktivitas pemancangan kecuali pengecoran dan penembokan.

"Setelah proses pemancangan tuntas, maka klaim dari masyarakat yang meminta kompensasi terhadap dampak dari getaran proses pemancangan bisa diidentifikasi," katanya.

Identifikasi, katanya, akan dilakukan secara langsung untuk mengetahui apakah kerusakan atau retak pada rumah warga tersebut benar akibat pemasangan tiang pancang atau sisa gempa tahun 2018.

"Apalagi, kita ketahui hampir semua rumah kawasan tersebut tidak memiliki struktur yang baik dan sempurna untuk disebut rumah layak huni. Belum lagi dampak gempa 2018, bisa saja meninggalkan sisa retak rambut dan lainya," katanya.

Namun terlepas dari semua itu, apa yang menjadi keluhan warga sekitar akan diakomodasi dan dikoordinasikan dengan pihak pelaksana untuk mendapatkan kompensasi sesuai kesepakatan.

"Apakah itu kompensasi dalam bentuk uang atau perbaikan rumah," katanya.

Realisasi pelaksanaan proyek pembangunan rusunawa nelayan tersebut saat ini mencapai sekitar tujuh persen. Proyek senilai Rp19,986 miliar ditargetkan rampung November 2021, demikian Kemal Islam.