Mataram, 25/3 (ANTARA) - Rumah sakit di Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga kini masih kekurangan dokter ahli atau dokter spesialis, ini menjadi kendala dalam menyukseskan program-program bidang kesehatan di daerah ini.
Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr. H. Mochammad Ismail di Mataram, Rabu mengatakan, hingga kini jumlah dokter spesialis yang bertugas di RSU provinsi maupun kabupaten/kota sebanyak 66 orang, jumlah ini masih kurang, sehingga ada RSU kabupaten yang tidak memiliki dokter spesialis dasar secara lengkap.
"Di RSUD Sumbawa dan Dompu tidak memiliki dokter spesialis kebidanan dan kandungan, padahal rumah sakit tipe C seharusnya memiliki minimal empat dokter spesialis dasar, yakni dokter spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis bedah, spesialis anak dan spesialis penyakit dalam," katanya.
Ia mengatakan, kekurangan dokter ahli tersebut bisa menjadi kendala dalam menyukseskan program-program kesehatan di NTB, oleh karena itu pemenuhan tenaga kesehatan baik jumlah, maupun jenisnya, sangat penting dan sekaligus menjadi tantangan bagi pemerintah.
Kekurangan dokter ahli tersebut merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua rumah sakit di tanah air, di Jawa hingga kini masih kekurangan dokter spesialis, jadi bukan hanya NTB, ujarnya.
Ismail mengatakan, untuk melengkapi kekurangan dokter spesialis terutam di RSUD kabupaten itu dibutuhkan tambahan sedikitnya 24 dokter spesialis. Kekurangan dokter ahli tersebut juga disebabkan cukup banyak yang memasuki masa pensiun.
Kekurangan dokter spesialis tersebut juga dialami sejumlah rumah sakit swasta, sehingga hampir semua dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit swasta juga berpraktek di rumah sakit pemerintah.
Selain bertugas di RSU Mataram yang merupakan rumah sakit milik Pemprov NTB, hampir semua dokter spesialis juga bertugas di rumah sakit swasta, seperti di Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar dan Rumah Sakit Katolik Karang Ujung Ampenan dan Risa Klinik di Cakranegara.
Terkait dengan kekurangan dokter spesialis di NTB, Departemen Kesehatan RI telah mengambil inisiatif menyekolahkan para dokter untuk menempuh pendidikan spesialis. Beberapa tenaga kesehatan yang ada di NTB ini telah dan akan dikirim untuk menimba ilmu dokter spesialis.
Sumber daya aparatur atau tenaga bidang kesehatan di NTB untuk dokter umum, sebanyak 357 orang dan dokter gigi 115 orang.
"Kita juga masih mengalami kekurangan tenaga farmasi, hingga kini jumlah tenaga farmasi di NTB tercatat 190 orang, pada umumnya mereka berstatus PNS, sehingga tidak bisa bertugas secara penuh di apotek, padahal seharusnua apoteker harus selalu ada di apotek tempat mereka bekerja," ujarnya.
Sementara itu tenaga sanitasi sebanyak 369 orang, tenaga kesehatan masyarakat (kesmas) 297 orang, tenaga gizi 377 orang dan tenaga teknis medis sebanyak 319 orang.(*)