BATAN: PRODUK PERTANIAN HASIL RADIASI AMAN DIKONSUMSI

id


          Mataram, 9/7 (ANTARA) - Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Hudi Hastowo menegaskan produk pertanian yang dihasilkan dari benih yang diradiasi aman dikonsumsi.

         "Benih yang dilepas oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) sudah memperoleh sertifikat dari Kementerian Pertanian dan aman dikonsumsi," katanya pada acara panen padi varietas Bestari, di Kelurahan Jempong, Kota Mataram, Sabtu.

         Panen padi tersebut juga dihadiri dua orang anggota Komisi VII DPR daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu Syarifuddin ST dan H Rahmat Hidayat, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB H Abdul Ma'ad, Kepala Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Dwi, dan Sekretaris Daerah Kota Mataram H Lalu Makmur Said.

         Menurut dia, masyarakat sering mengkonotasikan nuklir identik dengan bom dan radiasi yang memiliki dampak negatif bagi kehidupan manusia. Namun di balik efek membahayakan itu, terdapat sisi positif yang bisa dimanfaatkan untuk pembangunan pertanian, khususnya pengembangan benih unggul.

         Benih unggul yang dihasilkan melalui proses radiasi di Batan memiliki kelebihan umur tanam yang relatif pendek, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, produktivitas relatif tinggi dan rasanya enak.

         Ia mengatakan, dengan umur yang relatif pendek dan produktivitas lebih tinggi dibandingkan varietas biasa, akan membantu pemerintah menjaga ketahanan pangan.

         "Rasa yang enak juga tetap menjadi perhatian kami dalam melakukan penelitian dan pengembangan benih unggul. Batan juga bertanggung jawab penuh terhadap keamanan produk pertanian yang diproduksi menggunakan benih unggul hasil radiasi," ujarnya.

         Menurut dia,  selain benih padi varietas Bestari yang bisa mencapai produktivitas sebanyak 7,5 ton per hektare, seperti yang dihasilkan petani di Kota Mataram, Batan juga akan meluncurkan benih padi unggul Infari Sideno.

         Batan juga tengah mengembangkan benih kedelai unggul varietas Mutiara untuk mendukung peningkatan produksi kedelai nasional.

         Di sektor perkebunan, kata Hudi, pihaknya juga sudah menjalin kerja sama dengan Dinas Perkebunan NTB untuk mengembangkan kapas varietas Kharisma.

         "Kegiatan pengembangan benih unggul tersebut tidak lepas dari dukungan anggaran dari DPR," ujarnya.

         Hudi juga menegaskan pihaknya saat ini tengah mengembangkan "sorgum" dan gandum di Kabupaten Sumbawa, untuk bahan pangan, pakan ternak dan bioetanol.

         Kabupaten Sumbawa dijadikan lokasi pengembangan benih unggul "sorgum" dan gandum karena kondisi lahannya kering yang cocok untuk komoditas tersebut.

         "Benih unggul 'sorgum' diharapkan bisa menunjang program bumi sejuta sapi (BSS) di NTB, dan rencananya akan dilepas oleh Kementerian Pertanian pada 2012," ujarnya. (*)