FAISAL BASRI: PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TIDAK "BUBBLE"

id


Jakarta (ANTARA) - Pengamat Ekonomi Faisal Basri meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tidak dalam kondisi "bubble".

"Perekonomian Indonesia saat ini tumbuh secara alami dan tidak ada indikasi `bubble`. Kalau `bubble` itu perkembangan ekonominya jauh melampaui penguatan pondasi, kalau di Indonesia tidak seperti itu," ujar dia di sela diskusi "Market Outlook Kuartal Tiga 2011" di Jakarta, Senin malam.

Ia mengatakan, investor yang ingin menempatkan dananya pada suatu negara juga akan berhati-hati, mereka akan melihat sejauh mana pertumbuhan negara yang dituju.

"Investor juga tidak bodoh untuk menempatkan dananya, kondisi yang terjadi saat ini Indonesia mempunyai pertumbuhan yang positif," katanya.

Ia menambahkan, masuknya dana asing saat ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang baik, salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhan pasar modal.

"Jadi, kalau saya punya uang, lebih baik saya menempatkan dana semuanya pada saham. Pada negara yang positif pertumbuhannya, ditinggal `tidur` saja saham akan naik," kata dia.

Namun, kata dia, sangat disayangkan positifnya pasar modal Indonesia saat ini sebanyak 70 persen dinikmati pelaku asing.

"Masalahnya adalah penikmat-penikmat membaiknya saham di Indonesia adalah 70 persen orang asing, karena investor domestiknya ditakut-takuti isu `bubble`," ujar dia.

Ia menambahkan, besaran pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang di atas 3.000 dolar AS juga merefleksikan kemajuan pembangunan suatu negara.

Dalam empat tahun ke depan, lanjut dia, ekonomi Indonesia masih akan terus tumbuh, dan diprediksi total dana asing yang masuk (capital inflow) hingga akhir tahun 2011 dapat mencapai 25 miliar dolar AS sehingga dapat menambah devisa negara.

"Empat tahun ke depan ekonomi Indonesia akan terus ekspansi. Total capital inflow bisa mencapai 25 miliar dolar AS sehingga dapat membuat devisa kita bertambah," kata pengamat dari Universitas Indonesia itu.

Ia menambahkan, kuatnya cadangan devisa dalam negeri akan menopang stabilitas kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar.

"Derasnya capital inflow akan membuat cadangan devisa kita kuat maka akan membuat penguatan rupiah terhadap dolar AS," ucap dia. (*)